Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Selamat Tinggal K-13, Semoga Kurikulum Baru Tidak Serumit Kurikulum Sebelumnya

23 Juni 2022   20:49 Diperbarui: 24 Juni 2022   09:08 2007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Guru mengajarkan murid pada pelaksanaan pembelajaran tatap muka di SDN 065 Cihampelas, Bandung, Jawa Barat, Senin (10/1/2022).| ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI

Sejak diberlakukannya Kurikulum-13, pada tahun 2013 sebagai pengganti kurikulum KTSP, maka secara berjenjang Kemendikbud menerapkan kurikulum ini walaupun pada masa diberlakukannya menuai pro dan kontra.

Ada sebagian sekolah sudah menerapkannya namun banyak juga yang belum siap, karena perangkat pembelajaran dan bukunya belum sepenuhnya siap dilaksanakannya.

KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan yang diterapkan sejak tahun 2006 rasanya masih relevan dan layak untuk diterapkan di sekolah-sekolah. Namun karena sebuah kebijakan yang biasa disematkan "ganti menteri ganti kurikulum" maka kami para pelaku pendidikan harus melaksanakan Kurikulum 13.

Jika pengganti kurikulum mudah diterapkan kami para guru yes, Ok, saja. Namanya juga pelaku kebijakan cocok tidak cocok kita harus menjalaninya. Walaupun ada perasaan grundel atau kurang pas. He he... Mengapa demikian?

Kurikulum 13 adalah kurikulum yang menggabungkan beberapa muatan pelajaran menjadi sebuah tema. Misalnya buku tema 1, terdiri dari Bahasa Indonesia, PPKn, IPA, IPS dan SBdP. Guru mengajarkan materi sesuai kompetensi dasar yang sudah ditentukan dari semua muatan pelajaran.

Sosialisasi pengisihan raport K-13 di Kemenag kal-sel. Gambar kalsel kemenag.go.id
Sosialisasi pengisihan raport K-13 di Kemenag kal-sel. Gambar kalsel kemenag.go.id

Sehingga guru pun tidak pernah menyampaikan, "Anak-anak saat ini kita akan belajar IPA", IPS atau PKn", yang ada hari itu akan belajar tema 1 dengan KD sebagai berikut, itu saja.

Sehingga mereka tidak tahu, materi yang dipelajarinya masuk pada pelajaran apa. Pernah suatu ketika siswa kelas 6 mengatakan ketika menerima hasil ulangan harian: "Bu, saya itu tidak tahu kita ini belajar apa, materi PKn atau IPS yang dipelajari",

Pada kenyataannya dalam kurikulum 13, guru tidak pernah menyebutkan materi apa yang saat ini dipelajari, hanya menyampaikan bahwa saat ini kita belajar tema ini dengan KD ini. Demikian juga pada proses penilaiannya.

Namun pada waktu Penilaian Akhir Semester (PAS) atau Penilaian Akhir Tahun (PAT) peserta didik akan menerima hasil penilaian berupa raport yang tertera muatan pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PKn, dan SBdP.

format aplikasi Rapot K-13. Gambar : bankjawaban-pendidikan.blogspot.com
format aplikasi Rapot K-13. Gambar : bankjawaban-pendidikan.blogspot.com

Dalam penilaian inilah guru dituntut untuk memilah dan memilih dari sekian KD masuk pada pelajaran apa, sehingga akhirnya muncul muatan pelajaran sesuai dengan materi dan KD yang telah dipetakan. 

Banyak rekan-rekan guru, termasuk saya yang mengeluhkan bahwa penilaian Kurikulum 13 ini ribet. Jika boleh saya sampaikan bahwa dalam satu tema terdapat lima muatan pelajaran, yaitu Bahasa Indonesia, PKN, IPS, IPA, SBdP.

Dari pelajaran-pelajaran tersebut tak satupun yang tampak ini pelajaran apa, dan yang ini pelajaran apa. Guru menyampaikan materi berdasarkan kompetensi dasar yang sudah ditentukan dalam pemetaan KD.

Ketika ulangan harian dilakukan, tetap saja guru menggunakan kompetensi dasar yang sudah dipelajari. Sampai di sini pun siswa belum mengetahui pelajaran apa saja yang selama ini dipelajari. Sampai berlangsungnya kegiatan PAT dan PAS, hingga akhirnya anak-anak menerima hasil penilaian yang disuguhkan dalam bentuk mata pelajaran.

Misalnya, pelajaran Bahasa Indonesia mendapat nilai 75, pelajaran IPA mendapat nilai 80 dan seterusnya. Artinya semua siswa pada akhirnya mendapat nilai seperti KTSP namun bedanya ada deskripsinya yang menerangkan bahwa pada KD ini anak baik dan pada KD ini anak belum sepenuhnya terlampaui.

contoh Deskripsi pada raport K13. Gambar dari : Kherysuryawan.id
contoh Deskripsi pada raport K13. Gambar dari : Kherysuryawan.id

Sehingga wajar jika siswa ditanya materi apa yang baru disampaikan mereka tidak tahu. Mereka sering terkecoh dengan beberapa pertanyaan misalnya, "sebutkan kegiatan ekonomi yang telah engkau pelajari?" Ada anak yang menjawab dengan: konsumsi, produksi, dan konduktor.

Jawaban yang terjadi pada anak menunjukkan bahwa anak merasakan kesulitan untuk membedakan ranah pelajaran apa yang dia terima saat itu.

Di akhir tahun pelajaran seperti ini, guru akan mempunyai tanggung jawab untuk menyusun nilai rapor yang berasal dari bermacam-macam KD untuk kemudian di rumuskan menjadi muatan pelajaran.

Misalnya, di kelas 5 semester II ada 5 tema. Di setiap tema ada banyak KD dari muatan pelajaran maka guru harus mempunyai pemetaan KD pada setiap pelajaran.

Setelah guru telah menyiapkan nilai maka langkah selanjutnya kita mengunggah nilai dalam aplikasi rapot. Aplikasi rapot saat ini sudah online, sehingga kita harus harus menunggu signal benar-benar bersahabat.

Sementara aplikasi rapot hanya dimiliki oleh admin sekolah maka mengisinya pun harus bergantian dengan wali kelas lain, tidak serta merta satu guru dapat mengisi dan mencetak rapot sendiri-sendiri.

Kerumitan-kerumitan dalam penilaian itulah yang kami rasakan selama ini. Untuk itu berharap pada kurikulum yang baru nanti yaitu kurikulum merdeka belajar penilaian tidak serumit yang dulu.

Namun demikian jika diantara Bapak dan Ibu Guru yang masih menggunakan kurikulum 13, maka sebaiknya menyiapkan langkah-langkah berikut untuk mengisi rapot.

Pertama, siapkan nilai harian pengetahuan

Bapak dan Ibu harus menyiapkan format nilai harian sesuai dengan jumlah KD. Misalnya satu muatan pelajarn IPA mempunyai 6 KD berarti guru juga menyiapkan 6 nilai KD dengan berapa kali ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ditambah nilai PAS atau PAT.

Dengan menyiapkan nilai ini kita akan mudah untuk mengimport nilai pada aplikasi rapot.

Kedua, Siapkan nilai harian ketrampilan

Disamping kita menyiapkan nilai pengetahuan, dalam kurikulum 13 ini guru juga dituntut menilai siswa dari sisi keterampilannya. Sehingga setiap muatan pelajaran disamping mempunyai nilai pengetahuan juga mempunyai nilai keterampilan sendiri.

Misalnya, Edo mempunyai nilai pengetahuan IPA 75, namun dalam keterampilan bisa jadi Edo mempunyai nilai 80. Semua muatan pelajaran harus menyiapkan nilai keterampilan, sehingga guru harus mempunyai dua format penilaian. Pertama nilai pengetahuan dan yang kedua nilai keterampilan.

Ketiga, siapkan nilai sikap sosial.

Yang tak kalah pentingnya dari dua nilai di atas kita juga harus mempunyai penilaian sikap sosial terhadap siswa. Dalam sikap sosial ini guru akan menilai bagaimana sikap sosial keseharian anak. Dalam penilaian tersebut ada 4 penilaian yang disimbulkan dengan bentuk angka. Nilai 4= sangat baik, 3 = baik, 2, cukup dan 1= kurang.

Pada penilaian sikap ini terdapat pada tiga muatan pelajaran yaitu: sikap sosial Bahasa Jawa, sikap sosial PKn, dan sikap sosial PAI. Dari ketiga muatan pelajaran tersebut kita harus menyiapkan format yang sesuai dengan aplikasi sehingga kita tinggal mengimport pada aplikasi rapot.

Keempat, siapkan nilai sikap spiritual

Sama dengan penilaian sikap sosial, guru juga harus menyiapkan penilaian sikap spiritual siswa. Guru dituntut untuk mengamati keseharian anak bagaimana sikap spiritualnya. Misalnya bagaimana cara berdoa, beribadah, sikap kejujurannya dan lain --lain.

Sikap spiritual juga disimbulkan dengan angka-angka yaitu Nilai 4= sangat baik, 3 = baik, 2=cukup dan 1= kurang. Dalam sikap spiritual ini sama dengan sikap sosial yakni terdapat pada muatan pelajaran Bahasa Jawa, PKn, dan PAI.

Bapak dan Ibu, serumit dan sesulitan apapun dalam memenuhi administrasi kelas, adalah sebuah tanggungjawab yang menjadi kewajiban guru, namun membimbing dan mendampinginya dalam belajar adalah tugas utama guru.

Untuk itu penilaian angka bukanlah satu-satunya tujuan dalam belajar, yang terpenting adalah bagaimana kita membentuk pribadi mereka menjadi generasi yang berkarakter yang bertanggung jawab pada bangsa dan agamanya

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun