Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Berikut 4 Cara Menanggapi Teman yang Suka Curhat

19 Juni 2022   21:26 Diperbarui: 20 Juni 2022   13:35 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teman sedang curhat. Gambar dari istockphoto via parapuan.co

Setiap orang pasti mempunyai masalah dalam hidupnya. Besar kecilnya masalah tergantung bagaimana seseorang menyikapinya. Karena, justru dengan masalah tersebut Tuhan menguji hamba-Nya agar dia selalu bermuhasabah diri.

Akan tetapi tidak sedikit orang yang ngresulo merasa bahwa masalah membuat hidupnya tidak tenang, tidak nyaman, bahkan merasa bahwa Tuhan tidak adil terhadapnya karena ditimpakan Problema hidup yang menurutnya berat untuk dilakoninya.

Entah sudah berapa kali Bu Ros datang ke rumah untuk sekedar curhat tentang pasangannya juga keluarganya. 

Mula-mula saya menyimaknya penuh perhatian dan memberikan simpati kepadanya. Namun, kali ini semua curahan hatinya  membosankan karena selalu diulang-ulang dengan cerita yang sama.

Saya masih merasa nyaman dengan kehadirannya, namun suami dan anak-anak merasa risih, karena dia datang ke rumah pada jam istirahat atau jam sibuk. Misalnya kalau pagi ketika persiapan ke sekolah, atau sore ketika harus menyiapkan makan malam untuk anak-anak.

Namun begitu tetap saja dia menyampaikan keluhannya, pernah juga ketika saya sedang berdandan masuk ke kamar, ketika saya goreng tempe dia ikut ke dapur dan seterusnya. S

aya sih maklum saja mungkin selama ini dia tidak mempunyai teman curhat, dan saya yang dianggap bisa menampung segala keluhannya.

"Wah, kalau caranya seperti ini, siapapun juga akan merasa bosan dan ujung-ujungnya akan menghindar diajak bicara," gumamku dalam hati

Namun begitu rasanya juga tidak tega jika bersikap tidak acuh kepadanya, karena dia telah menyempatkan datang ke rumah hanya untuk menyampaikan keluhannya supaya bisa mengurangi beban yang dirasakan.

Di bawah ini beberapa cara untuk merespons teman yang sering mengeluhkan pasangannya kepada kita.

Satu, menyepakati waktu berkunjung

Mestinya etika bertamu sudah diketahui masyarakat secara luas, misalnya jangan bertamu saat tuan rumah sedang istirahat siang, atau pada jam pagi saat semua orang sibuk, misalkan jika ibu-ibu sedang menyiapkan sarapan di dapur.

Sedangkan, jika bapak-bapak saat akan berangkat bekerja dan sebagainya, kecuali kalau memang telah ada kesepakatan atau ada janji sebelumnya.

Nah, ketika menemui teman seperti yang saya sebut di atas kita harus bisa menyampaikan, "Bu, besuk lagi kalau ke sini kabari dulu lewat WA agar saya bisa dengan santai mendengar keluhan panjenengan, kalau disambi masak seperti ini, saya yang tidak enak."

Kalimat seperti di atas memberikan kesempatan sekaligus perhatian kepada teman atau tamu yang ingin menyampaikan keluhan dan tidak terkesan menolak.

Dua, alihkan perhatian pada yang lain

Untuk menghindari rasa bosan mendengar keluhan yang sama maka sesekali saya mengalihkan pembicaraannya pada hal lain. 

Biasanya setiap datang materi yang dia sampaikan selalu egoisnya pasangan yang sudah tidak peduli. Maka saya akan menanyakan, "Wah, sekarang bagaimana kabar anak-anak Bu, sekolahnya lancar?"

Dengan sendirinya dia akan menceritakan anak-anaknya yang penurut, rajin ibadahnya, di mana kosnya dan bagaimana dia belajar. 

Dengan tetap mendengarkan dia bercerita, minimal sudah mengurangi sedikit kekesalannya dengan mengalihkan perhatiannya pada yang lain. 

Tiga, tidak memberi pendapat kecuali diminta

Tidak semua orang yang datang itu meminta pendapat atau nasehat, terkadang mereka hanya ingin menumpahkan uneg-unegnya yang selama ini terpendam dalam hati. Jika dibicarakan dengan sembarang orang, khawatir orang yang diajak bicara justru akan menyebarkan aib pasangannya.

Mendengarkan keluhan dengan penuh perhatian, akan mengurangi beban yang dirasakan. Karena tidak baik pula seseorang yang selalu memendam perasaan atau emosi, pasti akan mengganggu mental dan  pikirannya, jika hal ini terjadi berlangsung lama dapat menyebabkan berbagai gejala penyakit.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Psychosomatic Research menemukan, orang yang memendam emosi dapat menyebabkan serangan penyakit jantung dan kanker.

Gambar mendengar teman yang sedang curhat. Gambar diambil dari berkeluarga.com
Gambar mendengar teman yang sedang curhat. Gambar diambil dari berkeluarga.com

Penelitian tersebut juga turut membuktikan penelitian sebelumnya yang menghubungkan antara emosi negatif, seperti marah, cemas, dan depresi, dengan pengembangan dari penyakit jantung.

Untuk itu penting kiranya kita menghargai mereka yang membutuhkan pelampiasan emosi dan uneg-unegnya agar terhindar dari gejala penyakit. 

Seperti yang terjadi pada ibu dan adik ipar saya, keduanya sakit maag dan lambung, kata dokter salah satu penyebabnya karena lama memendam emosi, dan kecemasan dengan masalah yang dihadapinya. 

Dari penuturan teman yang sedang curhat, kita akan tahu bagaimana harapannya, jika meminta pendapat maka kita akan memberikan sekedar masukan. Sebaliknya jika dari awal pembicaraan kita tidak dilibatkan untuk berpendapat, kita cukup menjadi pendengar yang baik.

Empat, menyarankan datang kepada seorang ahli

Masing-masing orang tentu berbeda karakter, begitu juga dengan emosinya, bisa dilihat dari bagaimana cara dia menuturkan, ada yang berapi-api menahan emosi, ada yang pelan namun penuh dendam, begitu juga ada yang santai dan masa bodoh namun berharap ada keajaiban dari Tuhan untuk segera keluar dari kemelut rumah tangganya.

"Bu, kira-kira ada gak ya yang bisa bantu saya untuk merekatkan kembali suami saya, seperti dulu?" Pertanyaan terlontar tiba-tiba setelah bla...bla...menceritakan secara detail biduk rumah tangganya yang sedang tidak harmonis.

Akhirnya saya pun menunjukkan seorang profesional (misalnya kyai) yang saya anggap bisa membantunya. Dan Alhamdulillah setelah menerima saran itu, keadaan pun kembali normal.

Bapak dan ibu, ada banyak cara membantu seseorang tentu sesuai dengan kemampuan kita, salah satunya yang paling sederhana cukup mendengar keluhan dan curahan hati dari teman, tetangga atau saudara.

Jika kita niatkan membantu dengan hati, InsyaAllah akan tumbuh kebaikan yang yang terpancar dari hati.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun