Seperti biasa, setiap jumat pagi sekolah mengadakan senam bersama. Sebetulnya saya bukan guru olah raga namun merasa terpanggil untuk mendampingi anak-anak untuk melakukan senam setiap hari Jumat dan Sabtu sebelum jam pembelajaran di mulai.
Kegiatan positif ini sudah berjalan diawal semester dua, tepatnya di bulan Januari yang lalu. Dari sekian anak tentu mereka tidak sama dalam mengikuti kegiatan ini, ada yang suka bahkan ingin berdiri di barisan paling depan sebagai instrutur senam bagi teman-temannya.
Ada juga yang hanya sekedar mengikuti, takut dimarahi guru, bahkan ada yang ogah-ogahan mengikutinya. Ketika saya dekati dan menyampaikan pesan:
"Nak, tolong ikuti senam dengan sungguh-sungguh, karena senam ini akan dipakai ujian praktek kelas 6, jika kamu tidak hafal gerakannya, kamu akan mendapat nilai nol (alias endok)".
Dengan enteng dia menjawab, "Gak papa Bu, nanti sampai rumah saya dadar(goreng)" jawabnya tanpa beban. Adalah Arga siswa kelas 6 yang kemampuannya di bawah rata-rata. Dia memang anak yang ndablek, malas dan minat belajarnya rendah.
Jika kita memberikan motivasi belajar, hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri, jika guru menyampaikan supaya sungguh-dalam belajar agar nilainya bagus, maka dia akan menjawab, nilai saya jelek gak papa Bu,"
Terkadang, guru kelasnya sharing dengan saya bagaimana menghadapi siswa yang minat belajarnya rendah? Seperti Arga, anaknya malas belajar, dan tidak mempedulikan nilai yang didapat padahal ujian kelulusan akan dilakukan sebentar lagi.
Apa itu minat belajar siswa?Â
Minat belajar adalah dorongan dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang dapat membuatnya tertarik dan senang belajar.
Jika siswa mempunyai minat belajar, otomatis mempunyai ketertarikan terhadap sesuatu yang disenanginya, namun sebaliknya kontek yang saya bahas di sini justru siswa tidak mempunyai ketertarikan terhadap belajar, lalu apa yang harus dilakukan guru.
Tentu sebagai guru harus melihat kembali adakah yang salah dalam metode pembelajarannya, atau dari siswa sendiri mempunyai alasan yang melekat pada dirinya.
Saya sering menemukan anak-anak yang minat belajarnya rendah, dan itu terjadi karena beberapa faktor antara lain :
1. Faktor internal adalah faktor dari dalam diri siswa yang meliputi dua aspek :
Pertama, aspek fisiologis yaitu  kondisi jasmani dan tegangan otot (tonus) yang menandai tingkat kebugaran tubuh siswa, hal ini dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam pembelajaran.
Keadaan jasmani yang kurang sehat juga menjadi siswa kurang semangat dalam belajar, malas dan pasif dalam menerima pelajaran.
Kedua, aspek psikologis yang datang dari dalam diri siswa yang terdiri dari, intelegensi, bakat siswa, sikap , minat, juga motivasi siswa.
Keadaan siswa yang kemampuan intelengensinya rendah  menjadikan siswa malas atau aras-arasen (jawa) dalam mengikuti belajar, mereka merasa ogah dan tidak punya greget untuk belajar.
Menghadapi anak seperti ini guru harus menyampaikan pembelajaran dengan memberikan drill-drill atau kuis-kuis yang menumbuhkan minat belajarnya.
2. Faktor Eksternal yang terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial
Lingkungan Sosial terdiri dari sekolah, keluarga, masyarakat dan teman sekelas. Sedangkan  lingkungan nonsosial yang  terdiri dari gedung sekolah dan letaknya, faktor materi pelajaran, waktu belajar, keadaan rumah tempat tinggal dan alat-alat belajar.
Faktor eksternal seperti ini sangat mendominasi dalam minat belajar. Misalnya keluarga yang tidak peduli dengan kondisi anak, tidak peduli bagaimana prestasi anak, tidak mau tahu minat belajarnya, ini menjadikan anak  tidak peduli akan prestasinya.
Seperti juga Arga, yang masa bodoh dengan perolehan nilai yang didapat merupakan cerminan jika lingkungan keluarga  tidak mendukung terhadap belajarnya.
Belajar dan tidak belajar tidak ada yang ngopeni, masa bodoh dengan pendidikan anak, sedang di sekolah guru berharap siswanya aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Ibarat bertepuk sebelah tangan, ketika guru memotivasi agar anak belajar dengan  sungguh-sungguh. Namun, di sisi lain keluarga membiarkannya dan tidak peduli dengan proses belajarnya.
3. Faktor Pendekatan Belajar. Faktor pendekatan belajar yaitu  cara atau strategi yang digunakan guru dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.
Faktor Pendekatan belajar ini menjadi pekerjaan rumah bagi guru dalam membimbing juga memotivasi siswa.
Ada beberapa faktor yang bisa dilakukan guru antara lainÂ
Pertama, Â mengajak siswa senang terhadap pelajaran.
Apabila anak memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu, maka tidak akan ada perasaan terpaksa untuk mengikuti pembelajaran. Contohnya ketika senang terhadap pelajaran matematika, maka dia akan merasa tertantang jika Bapak dan Ibu guru memberi tugas.
Sebaliknya jika anak tidak menyukainya maka yang ada pelajaran itu menjadi momok yang menakutkan, bahkan bisa jadi anak tidak masuk sekolah karena merasa matematika menjadi beban mentalnya.
Dengan demikian guru bisa menurunkan kompetendi dasar yang harus dicapai siswa, jika tingat kesulitannya rendah, maka anak akan timbul rasa senang, dan berminat mengikuti materi pelajaran tersebut.
Kedua, melibatkan siswa dalam pembelajaran.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran harus dikondisikan, hal ini terkait erat dengan metode yang dilakukan guru.
Keterlibatan seseorang terhadap obyek mengakibatkan orang akan menyenangi dan tertarik melakukan kegiatan dari obyek tersebut. Jika siswa mulai terlibat dalam diskusi kelompok, aktif bertanya karena merasa ingin tahu, maka pembelajaran  akan terasa menyenangkan dan tidak membosankan.
Ketiga, ketertarikan siswa .
Ketertarikan atau daya dorong siswa terhadap suatu benda atau obyek akan menjadikannya pengalaman yang manarik sehingga timbul dalam dirinya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang dimiliki.
Contoh kija anak diberi tugas dari guru, segera dia mengerjakannya dan tidak mau menundanya, karena dia tertarik pada tugas tersebut.
Demikian juga ketika seseorang tertarik pada suatu pelajaran, maka dia dengan antusias akan mengikutinya, walaupun apapun yang terjadi, menjadi komitmen untuk mengikuti materi pembelajaran tersebut.
Bapak dan Ibu, mari mengidentifikasi apa saja yang menyebabkan rendahnya minat belajar anak. Seyogyanya kita sebagai guru atau orang tua memberikan dorongan dan motivasi karena mereka adalah asset bangsa yang harus dibekali dengan ilmu pengetahuan.
Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.
Sumber dari : Jurnal BAB II.minat belajar siswa. Kompassiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H