Ilustrasi di atas menggambarkan bagaimana hubungan antara murid dan guru masih ada sekat dan kesenjangan yang perlu dicermati dengan kedewasaan. Antara tanggung jawab dan tugas yang belum sepenuhnya mampu dikerjakan oleh seorang murid.
Ada dua hal yang perlu saya amati sebagai instrospeksi saya sebagai guru
Pertama, sosok Barja yang masuk kategori keterlambatan belajar, belum mampu mengerjakan materi yang sama dengan anak-anak regular lainnya. Materi yang saya ajarkan adalah mencari volume kubus. Materi ini tergolong mudah bagi siswa regular, namun bagi Barja yang belum menguasai perkalian sangat sulit.
Cara mencari volume kubus harus hafal perkalian karena dengan rumus sisi x sisi x sisi maka akan ketemu volume kubus. Â Sebaiknya saya memberi materi yang sama namun indikator pencapaiannya berbeda dengan siswa regular.
Kedua, saya selalu menyampaikan bahwa syarat utama menguasai matematika adalah hafal perkalian. Sebenarnya menghafal perkalian juga sudah saya lakukan dengan membiasakan anak masuk kelas satu persatu dengan menyetorkan hafalannya. Juga dengan cara menghitung jari, layaknya sempoa.
Alhamdulillah cara itu bisa menjadikan sebagian besar anak-anak dengan mudah  menguasai perkalian.
Lagi-lagi Barja mempunyai masalah dengan hafalannya, dia selalu tidak hafal bahkan selama dua minggu untuk menguasai perkalian dua saja masih belum bisa.Â
Dua alasan di atas, menjadikan saya harus menggunakan  metode pembelaran khusus untuk Barja, jangan sampai  PR menjadi alasan Barja tidak masuk sekolah.
Pentingkah PR untuk siswa?
PR atau Pekerjaan Rumah adalah serangkaian instrument yang digunakan guru dalam proses belajar yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari, serta untuk melatih tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan padanya.