Orangtua tidak boleh memaksakan kehendak dalam menentukan pilihan di mana anak akan sekolah, namun bukan berarti kita membiarkan keinginan anak, orangtua tetap harus mengarahkan di mana sebaiknya dia belajar.
Jangan sampai anak dipaksa untuk sekolah di lembaga tertentu, jika anak tidak minat maka akan berakibat fatal bahkan drop out dari sekolah, dia merasa terbebani dan tertekan di lingkungan tempat dia belajar
Kita harus tetap mengawal dan mendampingi dimana putra-putri kita dalam menetukan lembaga pendidikan yang dipilihnya, utamanya jika anak akan masuk ke pesantren.
Beberapa kali saya menjumpai obrolan ibu-ibu wali murid yang menanyakan tentang sikap saya, "Bu, kok tega putranya di pesantren? Apa gak kangen?"
"Ya kangen Bu, wong namanya juga anak," sahutku sambil tersenyum.
"Lalu bagaimana mencuci bajunya?"
"Ya mencuci sendiri, dia sudah pinter kok, namun jika ingin laundry, juga disediakan oleh pondok," jawabku.
Dari obrolan itu menggambarkan bagaimana seorang ibu memiliki kehawatiran melepaskan anaknya masuk ke pesantren.
Hal itu wajar dirasakan ibu-ibu, kehawatirannya cukup beralasan. Bagaimana makannya, mencuci baju, dan bagaimana mengatur keuangannya. Semua bisa diatasi jika kita melatihnya terlebih dahulu.
Menitipkan anak di pesantren adalah sebuah pilihan, namun demikian sebaiknya anak dibekali dengan kebiasaan-kebisaan harian.Â