*
Walaupun ini proyek pribadi, tapi karena melibatkan anak didik, tenaga pendidik dan tempat mendidik alias sekolah, maka secara etis aku " sowan " kepada Pak Kepsek. Setelah mengemukakan rencana proyekku itu, ku sodorkan naskah skenaroinya supaya paham isi ceritanya.
   Selepas istirahat, aku dipanggil ke ruang Kepsek. Sambil menyodorkan kembali naskah yang sudah dicorat-caret , dia berkata ;
  " Ikut lomba boleh-boleh saja. Itu baik. Cuma aku tidak setuju denga isi ceritanya itu."
  " Isi cerita yang mana Pak ?"
  " itu adegan guru yang tidak mengabsensi dulu siswanya. Guru yang professional, harus mengebsensi dulu peserta didiknya. Itu bukan contoh guru yang baik, nanti sekolah kita jelek."
Sekolah kita jelek emang disitu mencantumkan atribut sekolah kita ? Enggak kan, ucapku dalam hati.
  " Terus yang kedua, itu ada dialog mulutnya dicuci tujuh kali, itu norak, jotok. Anak didik tidak boleh berkata jorok seperti itu. Harus sopan santun dan beradab. "
   Itu dialog real sehari-hari. Tidak ada orang dialog dalam kehidupan real memakai bahasa baku, k,ata yang terpilih rapi, kaku kaya pidato resmi bak pejabat, ngga ada canda dan sebagainya, sanggahku dalam hati.
  " Yang ketiga, terjemah ayat itu juga kurang pas !"
Kurang pas bagaimana, aku juga sudah merujuk kekitab beserta terjemahnya, ucapku pula dalam hati.