Mohon tunggu...
Ruminto
Ruminto Mohon Tunggu... Guru - Back to Nature

Senang membaca dan menulis, menikmati musik pop sweet, nonton film atau drama yang humanistik dan film dokumenter dan senang menikmati alam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kuncup Mekar Layu Pasti

8 September 2024   13:30 Diperbarui: 8 September 2024   13:42 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun ini proyek pribadi, tapi karena melibatkan anak didik, tenaga pendidik dan tempat mendidik alias sekolah, maka secara etis aku " sowan " kepada Pak Kepsek. Setelah mengemukakan rencana proyekku itu, ku sodorkan naskah skenaroinya supaya paham isi ceritanya.

     Selepas istirahat, aku dipanggil ke ruang Kepsek. Sambil menyodorkan kembali naskah yang sudah dicorat-caret , dia berkata ;

    " Ikut lomba boleh-boleh saja. Itu baik. Cuma aku tidak setuju denga isi ceritanya itu."

    " Isi cerita yang mana Pak ?"

    " itu adegan guru yang tidak mengabsensi dulu siswanya. Guru yang professional, harus mengebsensi dulu peserta didiknya. Itu bukan contoh guru yang baik, nanti sekolah kita jelek."

Sekolah kita jelek emang disitu mencantumkan atribut sekolah kita ? Enggak kan, ucapku dalam hati.

    " Terus yang kedua, itu ada dialog mulutnya dicuci tujuh kali, itu norak, jotok. Anak didik tidak boleh berkata jorok seperti itu. Harus sopan santun dan beradab. "

     Itu dialog real sehari-hari. Tidak ada orang dialog dalam kehidupan real memakai bahasa baku, k,ata yang terpilih rapi, kaku kaya pidato resmi bak pejabat, ngga ada canda dan sebagainya, sanggahku dalam hati.

    " Yang ketiga, terjemah ayat itu juga kurang pas !"

Kurang pas bagaimana, aku juga sudah merujuk kekitab beserta terjemahnya, ucapku pula dalam hati.

    Tapi aku tidak ingin berdebat. Apa lagi dengan Kepsek. Aku tidak ingin bernarasi tentang strukur cerita, konflik, protagonis antagonis dan sebagainya. Sudut pandang kami sudah berlawanan arah. Kesimpulanya boleh dilanjutkan, tapi scenario harus dirubah. Aku pilih mundur teratur. Yang namanya karya seni itu personal, jiwaku ada disitu. Merobah cerita, menipu diriku sendiri. Aku tak mau. Akhirnya dengan berat hati kusampaikan pembatalan rencana bikin film pendek itu kepada anak-anak. Mereka nampak kecewaa sekali ;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun