Mohon tunggu...
Ruminto
Ruminto Mohon Tunggu... Guru - Back to Nature

Senang membaca dan menulis, menikmati musik pop sweet, nonton film atau drama yang humanistik dan film dokumenter dan senang menikmati alam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kuncup Mekar Layu Pasti

8 September 2024   13:30 Diperbarui: 8 September 2024   21:31 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sketsa ( dok.coretan pribadi )

Info itu mengusik naluri rasa seniku. Lomba film pendek. Belum pernah ikut sih. Tapi ingin kucoba

Temanya kerukunan hidup beragama. Ide langsung hinggap dikepalaku. Beberapa waktu yang lalu, salah seorang siswa kami orang tuanya meninggal dunia. Dia non muslim. Teman-teman sekelas yang muslim semua, bingung, gemana sih ta'ziyah ke orang non muslim ? lalu kucoba buat skenarionya seperti ini ;

Bela Sungkawa Untuk Benjo

Scene 1

Int. Ruang Kelas 7 E

       Pagi

Bu Har, guru matematika sedang menerangkan sambil menulis dipapan tulis. Bu Is, guru piket hari itu muncul diambang pintu sambil memegang buku besar.

Bu Is :

" Siapa Bu yang ndak masuk ?"

Bu Har ;

( tersipu malu )

" Waaduh, belum saya absensi malah }

( pada anak-anak )

" Siapa yang ndak masuk hari ini ?"

Anak-anak :

" Benjo Bu !"

Bu Har ;

" Emang ada yang Namanya Benjo ?!"

Anak-anak ;

" Benediktus Bu, tapi susah memanggilnya, biasa dipanggil Benjo Bu !"

Bu Is :

" Kenapa, sakit atau apa ?"

Seorang Siswa :

" Orang tuanya meninggal Bu ."

Bu Har :

" Ada suratnya ?"

Seorang siswa yang lain :

" Itu Bu, dimeja "

Bu Har mengambil sudar diatas meja, lalu menyerahkan ke guru piket.

Scene.2

Int. Ruang Guru

       Pagi

Bu Elfi, Pembina OSIS kebetulan ada ditempatnya, sedang sibuk didepan laptopnya. Bu Is masuk dan langsung lapor.

Bu Is :

" Bu ini ada wali siswa 7 E yang meninggaldunia, gemana OSIS apa sudah tahu ? "

Bu Elfi :

( sambil tetap sibuk didepan laptopnya )

" Ya , tadi dua anak kelas 9 D yang non muslim juga ijin tidak masuk karena mau ta'ziyah. Berarti ini ya, yang orang tuanya meninggal ? Kalau begitu tolong panggilkan ketua sama bendahara OSIS bu !:

Bu Is :

( dengan halus )

" nggih Bos !"

Bu Elfi :

" Bos kalau laki-laki, lha kalau perempuan ?!"

Bu Is :

" Bis "

BU Elfi :

" Ya, biscuit roma kelapa "

Beberapa orang guru yang ada disitu pada tertawa.

Scene 3

Int. Ruang kelas 7 E

       Siang

Bu Mei, walas kelas 7E sedang berbicara didepan anak didiknya

Bu Mei ;

" Nanti setelah istirahat, kalian langsung berkemas-kemas untuk pergi ta'ziyah bersama !"

Beberapa Siswa :

" Hore .... Asyik !"

Bu Mei ;

" Husyyy ... ta'ziyah kok asyik ! "

Seorang Siswa :

" Asyik nggak dapet pelajaran Bu maksudnya."

Bu Mei ;

" Oh gitu, kirain ta'ziyah asyik, kan lagi berduka."

Siswa lain :

" iya Bu, tapi ta'ziyahnya gemana ?"

Bu Mei ;

( bingung )

" gemana apanya, ya biasa kan ta'ziyah ?!"

Siswa lain :

" Dia kan non muslim, kalau orang muslim kan ikut shalat jenazah misalnya, lha kalau orang Kristen gemana, do'anya gemana ?"

Bu Mei :

" Emang pernah kamu sholat jenazah kalau ta'ziyah ?"

Siswa Lain itu ;

( sambil nyengir )

" Enggak bu he he ...."

Bu Mei ;

" Kenapa ?"

Siswa lain itu :

" Takut bu lihat mayat dipocong begitu, entar malam gak bisa tidur !"

Beberapa Siswa :

( mengolok )

" cemeng bu , cemeng ha ha .... !"

Anak itu nampak bersungut-sungut menoleh kepada teman yang mengolok-olok.

Scene 4.

Int. Ruang kelas 9 C

       Siang

Bu Ras, guru PPKn sedang mengajar dikelas  itu. Dua siswa petugas OSIS minta ijin untuk menyampaikan berita duka dan menggalang dana. Bu Ras nampak mempersilakan.

Ketua OSIS ;

" Assalamu'alaikum , kami atas nama OSIS menyampaikan berita duka atas siswa Benediktus kelas 7 E yang bapaknya telah meninggal dunia ..."

Budi;

( Spontan )

" Innalillahi wa inna ilaihi .... "

Ilham :

( cepat memotong )

" Husyyy ...!"

Budi ;

( bingung menoleh ke Ilham )

" Kenapa ?!"

Ilham :
" Kan non Islam !"

Budi ;

" waduh udah terlanjur , dosa nggak ya ?!"

Rijal :

" Dosa Bud, dosa mugholadoh malah, harus dicuci 7 kali mulutmu itu !"

Budi

( tersinggung )

" Ah sok tahu kamu !"

Rijal ;

( slow )

" jangan marah dulu kawan, dicuci dengan istighfar ! )

Budi :

( mengadu pada bu guru )

" Bu, boleh nggak mengucapkan innalillahi ... tadi ?"

Bu Ras ;

" Saya guru PPKn, untuk jelasnya nanti tanya sama guru agama aja ya ! silakan petugas OSIS untuk melanjutkan !"

Petugas OSIS menyampaikan sepatah dua patah kata, kemudian rekannya bendahara OSIS mengedarkan kotak amal kepada siswa 9 C.

Scene 5

Eks. Halaman depan

        Siang

Anak-anak kelas 7E sudah berkumpul dihalaman depan siap berangkat. Nampak Bu Mei walas, Bu Is guru piket hari itu, Pak Ahmad guru Agama dan Pak Puguh  humasnya, sudah siap mendampingi.

Bu Mei;

" Kita berangkat jalan kaki, karena tempatnya tidak terlalu jauh. Dan jaga ketertiban selama dijalan dan kesopanan selama ta'ziyah ya "

Siswa ;

( serentak )

" Ya Bu ...!"

Seorang Siswa :

" Bu apa nanti kita disana boleh ikut nyanyi-nyanyi ?"

Bu Mei ;

" Emang mau nyanyi apa, emang kamu bisa ? "

Temannya :

( menimpali )

" Mau nyanyi dangdut koplo kali bu !"

Semua pada tertawa

Bu Mei :

" Pak Ahmad, tolong jelaskan itu !"

Pak Ahmad ;

" Nyanyi-nyanyi bagi mereka itu merupakan ritual ajaran agama mereka sebagai salah satu dalam proses pemakaman. Maka kita tidak boleh ikut nyanyi-nyanyi, kita berpegang pada ayat ; Lakum dinukum ...."

Siswa ;

( melaanjutkan serentak )

" waliyadiin ! "

Pak Ahmad :

" Bagimu agamamu, bagiku ..."

Siswa

( serentak melanjutkan )

" agamaku ...! "

Pak Ahmad :

( sambil mengacungkan keduaibu jarinya )

" Nah pinter kamu, sekarang ayo kita berangkat !"

Mereka berjalan meninggalkan halaman sekolah pergi menjauh

Fade Out

Fade In

Scene. 6

Eks. Halaman Rumah Duka

        Siang

Sayup-sayup terdengar suara nyanyian paduan suara. Nampak jajaran orang-orang yang sedang menyanyi kemudian nampak peti jenazah yang terbuka dan hiasan rankaian bunga.

Dan ditempat lain nampak anak-anak kelas 7 E yang sedang taa'ziyah diantara para ta'ziyah yang lain

TAMAT

*

Naskah aku gandakan. Aku segera koordinasi dengan beberapa teman guruj untuk ikut main dan menjadi tenaga teknis nanti, cameraman dan editing. Karena ini inisiatif pribadi, tentu aku harus merogoh kocek sendiri . Akupun segera mendekati anak-anak. Mereka nampak antusias sekali mendukunnya.

     " Pak saya ingin main, jadi tokohnya " pinta seorang siswa

     " emang bisa, kamu kan pemalu !" protes yang lain

     " Bisa masuk yuotube ya pak ?!" sambung yang lain pula

     " Bisa banget !"

     " Pak ada honornya enggak sih  Pak he he ,,, " celutuk yang lain lagi

     " Huu...... ! " cemooh mereka kesal dan sinis

     " Kita jangan berpikir tentang cuan dulu ya, tapi karya, wujudkan dulu karyanya, tunjukan prestasinya, begitu ya ?" ucapku sabar

     " Iya Pak !" ucap mereka serentak.

*

Walaupun ini proyek pribadi, tapi karena melibatkan anak didik, tenaga pendidik dan tempat mendidik alias sekolah, maka secara etis aku " sowan " kepada Pak Kepsek. Setelah mengemukakan rencana proyekku itu, ku sodorkan naskah skenaroinya supaya paham isi ceritanya.

     Selepas istirahat, aku dipanggil ke ruang Kepsek. Sambil menyodorkan kembali naskah yang sudah dicorat-caret , dia berkata ;

    " Ikut lomba boleh-boleh saja. Itu baik. Cuma aku tidak setuju denga isi ceritanya itu."

    " Isi cerita yang mana Pak ?"

    " itu adegan guru yang tidak mengabsensi dulu siswanya. Guru yang professional, harus mengebsensi dulu peserta didiknya. Itu bukan contoh guru yang baik, nanti sekolah kita jelek."

Sekolah kita jelek emang disitu mencantumkan atribut sekolah kita ? Enggak kan, ucapku dalam hati.

    " Terus yang kedua, itu ada dialog mulutnya dicuci tujuh kali, itu norak, jotok. Anak didik tidak boleh berkata jorok seperti itu. Harus sopan santun dan beradab. "

     Itu dialog real sehari-hari. Tidak ada orang dialog dalam kehidupan real memakai bahasa baku, k,ata yang terpilih rapi, kaku kaya pidato resmi bak pejabat, ngga ada canda dan sebagainya, sanggahku dalam hati.

    " Yang ketiga, terjemah ayat itu juga kurang pas !"

Kurang pas bagaimana, aku juga sudah merujuk kekitab beserta terjemahnya, ucapku pula dalam hati.

    Tapi aku tidak ingin berdebat. Apa lagi dengan Kepsek. Aku tidak ingin bernarasi tentang strukur cerita, konflik, protagonis antagonis dan sebagainya. Sudut pandang kami sudah berlawanan arah. Kesimpulanya boleh dilanjutkan, tapi scenario harus dirubah. Aku pilih mundur teratur. Yang namanya karya seni itu personal, jiwaku ada disitu. Merobah cerita, menipu diriku sendiri. Aku tak mau. Akhirnya dengan berat hati kusampaikan pembatalan rencana bikin film pendek itu kepada anak-anak. Mereka nampak kecewaa sekali ;

    " Ya ................... " suara mereka lemah lunglai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun