Mohon tunggu...
Ruminto
Ruminto Mohon Tunggu... Guru - Back to Nature

Senang membaca dan menulis, menikmati musik pop sweet, nonton film atau drama yang humanistik dan film dokumenter dan senang menikmati alam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Sri, Aku Kakakmu"

8 Januari 2024   23:01 Diperbarui: 8 Januari 2024   23:05 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Repotnya, Kak Sal itu orang yang ndak sabaran itu tadi. Ketika sedang sarapan saja sudah ribut pada dirinya ;

     " Aduh Sri, makannya yang ceper dikit dong, sepertinya masih utuh gitu, ini sudah siang !"

     Bila sudah diomelin seperti itu, dirinya jadi gugup  makannya dan membuat tersedak. Bila sampai tersedak, dirinya jadi ingin nangis, sebab tenggorokannya sakit biarpun sudah digelontor air  minum.

     Bahkan bila sedang berjalan berangkat kesekolah pun, kakaknya itu sering ngomel -- ngomel. Kalau dirinya jalannya tertinggal dari dia, yang sudah tentu langkanya lebih panjang dan lebih cepat dari dirinya ; "  ayo cepat, entar telat !"

     Itu terutama kalau berangkat sekolah di jalan tidak bertemu dengan teman -- teman yang lain. Jadi hanya kami berdua. Dirinya harus setengah berlari untuk bisa menyamakan langkah dengan langkah kakaknyaitu. Dan jarak ke sekolah yang agak jauhpun jadi terasa tambah jauh dan melelahkan. Walaupun itu bukan pengalaman yang menyenangakan, tapi mengesankan juga untuk diingat -- ingat sebagai kenangan.

*

LAIN LAGI dengan Kak Yati. Kak yati ini orangnya suka menang sendiri dan egois. Di rumah, tugas sudah dibagi -- bagi. Kak Yati ini tugasnya menyapu halaman bila sore. Sedang dirinya bertugas mencuci piring dan mengisi gentong air untuk masak.. Suatu sore, bapaknya menyuruh dirinya untu menyapu halaman. Sudah tentu dirinya protes :

     " Pak tapi itu tugasnya Kak Yati ! "

     " Tapi kakakmu belum pulang, ini nampaknya mau hujan, nanti keburu hujan ".

     Karena takut sama bapaknya, akhirnya ya mau juga walau dengan terpaksa dan berat hati.. apa lagi yang namanya halaman rumah di desa umumnya luas dan banyak pepohonan, sehingga banyak sampah daun, susah untuk disapu.

     Dan ketika dirinya sedang menyapu dan hampir rampung itu, kak Yati pulang dengan biasa saja. Tambah sebel dirinya melihat lagaknya yang tanpa dosa itu ;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun