Aku bergegas mendekati papan informasi. Kulihat beberpa kawanku sudah berkerumun seperti lalat disana. Kami memang sebentar lagi akan melakukan praktek mengajar. Dan sekarang pembagian sekolah tempat praktek mengajar sudah terpampang dipapan informasi fakultas.
   " Dapat sekolah mana ?" tanya Dibyo teman dekatku di MAPALA
   " SMP 3 "
   " Oh itu sih sekolah favorit. Anaknya pinter-pinter tapi juga nakal-nakal, karena anaknya orang-orang kaya. Kamu kalau mau mengajar disitu harus benar-benar siap mental, disamping intelektual " ceramahnya sok tahu.
   " Yang namanya kwalitas itu bukan lambang bilangan constanta, ajeg, tapi labil. Dulu baik sekarang bisa saja kurang baik. Cuma karena sudah terlanjur punya nama, dipandangnya seolah baik terus.. misal terjadi kejelekan pun tak terlihat, karena sudah terlanjur silau pandangannya."
   " Dikasih nasehat baik-baik malah berteori kayak profesor sedang menyampaiakn orasi ilmiahnya." Ucap kawanku itu kesal.
   " Itu sih bukan nasehat, tapi sedang mencoba menakut-nakuti aku biar down mentalnya !"
   "  Kok tahu sih ?!"
   " Aku sih sudah hafal sama lagak lagumu itu ".
   " Percuma memang ngerjain orang yang satu ini !"
   " Nah, ngaku kan ?"
   Temanku itu cuma nyengir. Diantara kami memang kalau berbicara tak pernah bermanis-manis kata, tapi pasti selalu saling olok, saling gojlog, saling gasak, saling sindir dan hal-hal lain yang senada.
   Biasa, orang yang mau praktek memang sering ditakut-takuti seperti itu oleh teman-teman seniornya; katanya, yang anaknya nakal-nakallah, suka ngerjain guru prakteklah atau guru pamongnya yang killerlah atau malah kurang gaullah. Pendek kata bila kita kurang bernyali bisa downlah mentalnya sebelum praktek.
   Dan sebelum praktek, aku sudah observasi terlebih dulu ke sekolah itu sekaligus nego; dikelas berapa aku nanti mengajar, jam keberapa dan hari apa saja ? Sebagai sekolah favorit, tentu bangunan fisiknya sangat bagus. Sarana dan prasarana tentu sangat memadai. Karena jurusan saya bidang studi IPA Fisika, saya nanti juga butuh alat peraga untuk praktik didepan anak-anank. Atau dikenal dengan metode demonstrasi.
   Praktek mengajar ini ada tiga kali. Dan untuk yang ketiga ini aku membutuhkan praktikum di lab. Untuk itu saya harus berhubungan dengan guru pemegang laborat, yang ternyata adalah sama dengan guru pamong saya sekaligus, jadi tidak perlu kemana-mana lagi.
  " Ma'af Pak, kalau nanti pinjam peralatan lab, bisa Pak ?"
  " Bisa, peralatan apa ya ?"
  " Botol dan tabung reaksi, ada kan Pak ?"
  " Jangankan botol dan tabung reaksi, peralatan yang lebih dari itu pun ada tersedia. Ini bukan sekolah ecek-ecek yang baru berdiri, tahu kan ?" ucapnya bernada tersinggung
  " Ya pak " jawabku sambi mengangguk dan sedikit merasa bersalah, kemudian aku menyambungnya ;
  " Terimakasih Pak !"
   Awal yang baik, bisikku dalam hati. Oh, tiada yang lebih indah praktek mengajar sedang peralatan untuk mengajar sudah lengkap tersedia. Itulah enaknya, praktek mengajar disekolah favorit; apa-apa ada dan sudah tersedia, tak perlu sausah-susah mencari sendiri., maka akupun semakin terpacu untuk mempersiapkan materi dengan sebaik-baiknya.
   Beberapa hari sebelum praktek mengajar tiba, aku mendatangi sekolah tersebut untuk berlatih praktik di dilab ;
  " Ma'af pak mau minta ijin untuk menggunakan lab dan  pinjam peralatan praktikum untuk berlatih dulu "
  " Hmm, hari ini kebetulan lab sedang penuh jadwalnya untuk praktik anak-anak, jadi ma'af tidak bisa Mas " ucap Pak Bambang.
  " Lalu ?"
  " Kamu mengajar hari apa ?"
  " Jum'at "
  " Kalau begitu, sehari sebelumnya datang lagi kesini, hari Kamis ya ?"
  Aku mengangguk dengan agak kecewa. Di tempat kost aku jadi tidak tenang. Pikiranku jadi kacau. Tahu sendiri kan, pelajaran IPA itu tidak gampang, apalagi menggunakan metode demontrasi; kalau didepan anak-anak gagal memperagakannya gemana ? Teori boleh jago, tapi praktik belum tentu mulus.
   Dan seperti yang sudah dijanjikan, dua hari kemudian, hari Kamis aku datang lagi.
   " Ma'af Pak, saya datang lagi sesuai kesepakatan dulu ."
   " Oh, mau praktik lab ya ?"
   " Ya " jawab saya gembira disambut ramah seperti itu, dalam hati  saya merasa tak akan bernasib seperti yang pertama dulu.
   " Hmmm ... begini Mas, kebetulan, sekarang ada rapat dinas dengan pengawas, yang harus diikutioleh semua dewan guru dan komite. Anak-anak juga mau dibubarkan lebih awal. Dengan sangat menyesal saya harus mengatakan kepada saudara, kalau hari ini juga tidak bisa." Ucap Pak Bambang enteng sekali.
   Saya merasa seperti dibenturkan ketembok beton kepala ini.
   " Ma'af Pak, tapi bukankah bapak dulu sudah berjanji sendiri ?"
   " Ya memang, tapi waktu itu belum ada pemberitahuan akan adarapat dinas. Yang namanya rapat dinas bisa sewaktu-waktu terjadi, biasanya sehari sebelumnya baru ada pemberitahuan, bahkan kadang mendadak ." jelasnya berbusa-busa.
   " Lalu saya harus bagaimana kalau begitu ?" ucapku agak kesal.
   " Besok kamu praktek mengajar jam berapa ?" Â
   " Kedua ".
   " Hari Jum'at, kegiatan anak-anak jam pertama adalah Jum'at sehat, senam. Jadi masih ada kesempatan untuk praktikum dulu pagi-pagi sekali." Jelasnya
   Aku kembali ketempat kost dengan lunglai, layu. Gambaran SMP 3 sebagai sekolah favorit pudar sudah dimata saya. Berganti dengan kesan sebagai sekolah kelas " embe " yang kacau balau. Betapa tidak ?! Gurunya tidak bertindak profesional begitu ! Atau apa karena sudah menyandang predikat favorit maka boleh bertindak seenaknya ?! Dan kalau memang aku tidak boleh pinjam, kenapa sih tidak berterus terang saja sebelumnya, sehingga aku bisa cari alternatif lain jauh-jauh hari sebelumnya.
   Keesokan harinya, Jum'at pagi saya berangkat dengan perasaan kacau. Soalnya persiapan belum matang benar, gara-gara selalu gagal untuk praktik lab.. aku jadi khawatir kalau nanti gagal didepan anak-anak, tentu nilaiku jelek dan tidak lulus, berarti harus mengulang semester depan, tambah biaya tak bisa dihindari kalau begitu.
   Karena saya takut datang terlambat bila naik angkot, maka saya pinjam motor teman kost.. Hari Jum'at pagi, sejak jam enam pagi, guru-guru dan karyawan berolah raga sesuai minatnya. Jam tujuh mereka selesai, diganti dengan anak-anak. Sementara itu para guru dan karyawan istirahat bersantai sambil menikmati sarapan pagi, minum susu dan kueh yang enak-enak. Saya dekati guru pamong saya yang sedang santai menikmati sarapan pagi itu dengan agak sungkan.
   " Selamat pagi Pak " ucap saya sesopan mungkin, takut mengganggu.
   " Ya, pagi "
   " Ma'af Pak, mengganggu "
   " Ya, ndak apa."
   " Saya mau praktik di lab, seperti saran bapak kemarin. " jelas saya
   " Oh ya, mari saya antar ke lab "
   Aku mengangguk sedikit sambil senyum tipis. Kegelisahan dihati yang sudah bersarang sejak tadi sedikit susut, melihat Pak Bambang nampak ramah menyambutku. Aku berharap benar-benar bisa memanfaatkan waktu yang tak banyak ini. Kami berdua memasuki laborat. Dibukanya almari tempat menyimpan peralatan praktikum. Pak Bambang mulai beraksi mencari barang yang saya maksud. Di carinya mulai dari bagian almari tingkat yang paling atas, rupanya tidak ada. Lalu berganti ketingkat bawahnya, belum dapat juga. Lalu pindah kebawahnya lagi, hasilnya juga nihil. Hatiku mulai gelisah sekali. Dan terakhir ditingkat paling bawah, dicari kesudut-sudut dan ... kosong !
   " Ma'af Mas, botol clorofromnya tidak ada "
   "  Tapi kemaren bapak bilang punya dan ada kan ?" tanyaku cemas sekali.
   " Ya, kemarin memang ada disini, Demi Alloh !" ucap Pak Bambang sambil menekankan kata " demi Alloh ".
   Mau demi Alloh, atau Demikian, atau Demidemit sekalipun, atau malah Demimoore .... Tapi yang jekas barang itu kini tiak ada ! Katanya ini sekolah favorit, kok securitinya memble banget.
   " Tapi kemaren benar-benar ada kan Pak ?" tanya saya belum yakin benar dan berharap saat itu ada keajaiban.
   " Ya benar ada Mas, Disini tempatnya Mas. Sumpah ....! "
   Mau sumpah, mau sumprit, mau suminah ..... tapi mana buktinya ?! Nyatanya sekarang nggak ada ! Kalau aku cewek, mungkin aku sudah menangis meraung-raung. Tapi aku laki-laki, pantang menangis. Apalagi aku juga nggak suka kecengengan. Aku juga benci pada cewek yang cemeng ! Walau marah rasanya mau meledak-ledak didalam dada, tapi aku harus bisa menahan dan mengendalikan emosiku.
   " Lalu sekarang saya harus bagaimana Pak, sebentar lagi say harus berdiri mengajar didepan kelas. Saya belum dapat alat peraganya." Kataku bingung.
   " Sekali lagi saya minta ma'af, tapi itu bukan urusan saya Mas."
   Duh, gampang sekali orang ini berlepas tangan begitu saja setelah berkali-kali omongannya tidak bisa dipercaya. Kalau memang tidak boleh dipinjam, kenapa tidak bilang terus terang dari dulu, jadi akibatnya tidak berabe seperti ini. Gambaran SMP 3 sebagai sekolah yang top, benar --benar pudar sudah, berganti dengan  top cret !
  Perasaanku benar-benar kalut. Untung aku masih bisa mengendalikan emosiku. Aku calon guru. Aku mau praktek mengajar. Itu masalah utamanya. Aku harus cari jalan keluar secepat mungkin. tak ada jalan lain, aku harus pergi ke tokobahan kimia. Sebagai mahasiswa MIPA, tak sulitlah mencari toko bahan kimia itu berada. Untung tadi aku naik motor. Tak kebayang seandainya aku tadi naik angkot. Bakal runyam sekali urusannya.
   Motor aku naiki dengan kecepatan yang tidak biasa bagiku. Maksudnya agar cepat sampai. Celakanya, ketika sudah sampai, toko belum buka. Mau tidak mau aku harus menunggu. Oh betapa tersiksanya memang pekerjaan menunggu itu, apa lagi sedang bermasalah. Untung tak lama kemudian petugas toko datang.
   " Ada clorofrom mas ?" ucpku  langsung tembak saja.
   " Ya ada."
   ' Tolong ambilkan duluya mas secepatnya, saya membutuhkan sekali. Ini uangnya terima dulu, saya benar-benar mau beli kalau tidak percaya."
   " Oh tidak Mas, nanti saya carikan barangnya dulu."
   Ternyata penjaga toko ini cara kerjanya jauh lebih profesional walaupun saya yakin dia tidak punya titel, ketimbang guru pamong praktek mengajar saya, yang titelnya berderet ; S,Pd, M.Pd tapi kerjanya sontoloyo banget. Dan penjaga toko itu juga tidak mau ambil kesempatan dalam kesempitan, misalnya dengan menaikan harga yang tinggi, mengingat calon pembelinya ini sedang terdesak, pasti akan mau. Tapi tidak, ia tetap profesional kerjanya, meskipun penjaga toko itu namanya mungkin hanya Paijo atau Paimin, bukan nama yang trendy seperti Pak Bambang Herlambang Bintang S.Pd, M.Pd itu !
   Bayangkanlah, saya berdiri didepan anak-anak itu tak masalah. Tapi disudut sana ada Pak Bambang Herlambang Bintang S.Pd, M.Pd yang boleh jadi sedang mencari-cari kesalahan saya dalam praktik mengajar yang terakhir ini. Padahal aku lihat mukanya aja sudah eneg banget ! Tapi untunglah, praktek mengajar bisa berjalan dengan baik, setidak-tidaknya itu menurut perasaanku, termasuk ketika aku harus memperagakan peralatan itu. Mudah-mudahan Pak Bambang Herlambang Bintang, S.Pd, M.Pd sontoloyo itu tidak menemukan kesalah-kesalahan saya yang berarti, hiburku dalam hati.
   Setelah rampung, saya ikuti Pak Bambang ke ruang tamu. Saya duduk didepannya. Disodorkannya buku penilaian praktik ke depanku. Saya terkejut.
   " Lho Pak, kok nggak ada nilainya ?!"
   " Kamu mau minta nilai berapa ?"
   " Ya nggak begitu dong Pak, silakan bapak memberi nilai sesuai dengan pengamatan bapak terhadap kerja saya."
   " Saya bingung untuk memberi menilai kamu."
   " Maksudnya Pak ?! " tanya saya agak emosi.
   ' Yah, mau saya kasih nilai C, tidak sampai hati. Tapi mau saya kasih nilai B, rasanya berlebihan sekali. Sekarang begini saja, kamu saya kasih nilai B tapi bukan karena kamu baik mengajarnya, melainkan karena kamu bisa mengatasi persoalan mengajar yang kamu hadapi."
   Aku diam saja,  tak mengerti maksud pak Bambang sontoloyo ini sebenarnya apa ? Pak Bambang juga diam, seolah sedang menguji kesabaran saya. Saya diam karena tak tahu harus ngomong apa lagi ? Lebih baik diam saja, dari pada nanti tambah runyam, terserah Pak Bambang saja mau bagaimana ?
   " Begini Mas, botol clorofrom yang kamu butuhkan untuk praktik itu sebenarnya ada. Tapi sengaja saya sembunyikan."
   Aku tersentak kaget seperti tersambar petir disiang bolong. Pak Bambang ini sebentulnya maunya apa ?
   " Saya memang sengaja mengetest kamu, bagaimana kamu mengatasi problematika yang dihadapi ketika mengajar. Sebab setelah kamu jadi guru nanti, akan banyak dijumpai problematika pengajaran yang tidak dijumpai di buku-buku didaktik metodik dan buku-buku praktikum. Dan ternyata kamu bisa mengatsi dengan cepat dan tepat !"
   O, begitu to Pak, ucap saya dalam hati dengan wajah masih tetap menundukan kepala dari tadi.. Pak Bambang lalu menorehkan tulisan dibuku penilaian praktekku itu. Lalu disodorkan kepadaku. Ketika buku didepanku, aku kaget melihat nilai yang tertera disitu. Belum sempat aku berucap, Pak Bambang sudah buka suara terlebih dulu ;
   " Kamu memang pantas dapat nilai A, bukan B apalagi C. Saya percaya, kelak kamu akan menjadi guru fisika yang baik dimata anak-nanak. Selamat !" ucapnya sambil mengulurkan tangan mengajak berjabat tangan.
   Aku pria, aku laki-laki, aku benci kecengenngan, tapi kali ini aku tak bisa menahan titik air mataku yang menggenang disudut mataku untuk jatuh dipangkuanku karena haru (*)  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H