Mohon tunggu...
Ruminto
Ruminto Mohon Tunggu... Guru - Back to Nature

Senang membaca dan menulis, menikmati musik pop sweet, nonton film atau drama yang humanistik dan film dokumenter dan senang menikmati alam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Makam Keramat

11 Maret 2023   10:26 Diperbarui: 11 Maret 2023   10:48 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          “ Nggih sampun pak guru.” Ucapnya sambil senyum.

          Njago lurah, walaupun tanpa melalui parpol, alias independent, tapi biayanya besar, untuk memberi wuwuran pada rakyatnya biar dapat suara. Jangan – jangan orang ini aji mampang – mumpung, batin Maryo.

          “ Lalu kepentingan saya apa ?”

          “ Saya mohon kesediaanya untuk jadi botoh saya pak Guru !”

          Sekali lagi Maryo ambil napas panjang dan dengan pelan dihembuskannya

          “ Saya pegawai negeri, jadi botoh lurah memang tidak terlarang, tapi saya sudah banyak gawean di sekolah.”

          “ Jangan khawatir pak guru, pak guru hanya jadi botoh spiritual, jadi tidak perlu repot-repot blusukan membujuk warga desa. Pak Guru hanya memimpin ndonga- ndonga, atau menemani saya sowan ke kyai. Sebab pak guru masih mambu-mambu kyai ” jelasnya.

          “ Lha pak manten juga sudah didampingi dua orang teman ini kok ?

          “ Dua orang ini untu urusan kekanan dan kekiri. Sedangan  untuk urusan  yang ke atas , njenengan yang cocok, sebab njengan punjul ing apapak !”

          Gendheng tenan ini orang batin Maryo. Kok mambu-mambu kyai segala ? Lha wong pondok ora duwe, mangku langgar atau masjid ya ora. Santri jelas ora gableg. Nyantri utawa mondok uga ora, cuma ngaji biasa. Di sekolah juga jadi guru biologi. Lha kok mambu-mambu kyai, kyai mambu kali ?!

          Sudah disowani begitu _ malah disanjung mambu kyai segala _ mau menolak terus terang bahwa dirinya tidak mau, jelas tidak mungkin. Bisa berakibat jadi satru bebuyutan nanti. Ini desa bukan kota. Tapi mau mengatakan ya secara terus terang juga berat. Apa lagi botoh spiritual, beban moralnya berat kalau kalah. Secara sosiologi dan politik pedesaan, menyatakn diri sebagai botoh dari salah satu jago, berarti menempatkan diri sebagai musuh dari jago dan botoh-botoh jago lain ! Dan itu akan berdampak panjang walau pemilihan kepala desa sudah lama berlalu. Ini desa, bukan kota ! Begitu pikir Maryo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun