d. Teknologi Energi TerbarukanÂ
Selain bahan bangunan, teknologi energi terbarukan seperti panel surya dan sistem energi angin juga memainkan peran penting dalam konstruksi bangunan ramah lingkungan. Integrasi panel surya pada atap dan fasad bangunan memungkinkan bangunan untuk menghasilkan listrik sendiri, mengurangi ketergantungan pada sumber energi tidak terbarukan.
Pentingnya Revolusi Hijau dan Penggunaan Material Ramah Lingkungan
Mengalihkan pandangan ke Indonesia, Revolusi Hijau dalam teknik sipil maupun dunia konstruksi masih berada dalam fase perkembangan. Pemilihan material bahan bangunan berpengaruh pada konsumsi energi bangunan tersebut.Â
Pada saat didirikan, konsumsi energi bangunan tersebut berkisar antara 5-13% sedangkan 87-95% merupakan angka konsumsi energi bangunan selama masa hidup bangunan tersebut.
 Urgensi penggunaan material ramah lingkungan dalam dunia konstruksi sangat penting, terutama mengingat besarnya skala dari setiap proyek yang ada di Indonesia dan dampak potensial terhadap lingkungan di sekitarnya.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan, pendekatan ini tidak hanya mendukung upaya mitigasi perubahan iklim tetapi juga menciptakan fondasi yang lebih kokoh bagi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.Â
Penggunaan material ramah lingkungan dalam dunia konstruksi juga sejalan dengan tujuan global untuk mengurangi emisi karbon dan meminimalkan dampak lingkungan dari proyek infrastruktur besar.
Meskipun sudah ada beberapa inisiatif dan proyek yang mempromosikan pembangunan hijau, tantangan-tantangan dalam penerapan hal ini tidak mudah dan membutuhkan kerja sama antar tokoh masyarakat yang ada.
Tantangan dan Peluang
Implementasi bahan alternatif ramah lingkungan dalam konstruksi di Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan, seperti:
- Kurangnya Kesadaran
Masih banyak pelaku industri konstruksi yang belum sepenuhnya menyadari manfaat bahan ramah lingkungan.
- Biaya Awal atau Biaya Produksi yang Lebih Tinggi
Investasi awal untuk menggunakan teknologi dan bahan ramah lingkungan sering kali lebih tinggi dibandingkan dengan bahan konvensional. Material ramah lingkungan sering kali memerlukan proses produksi yang lebih kompleks dan biaya yang lebih tinggi dibandingkan material konvensional.
- Regulasi yang Belum Mendukung
Kebijakan dan regulasi yang ada belum sepenuhnya mendukung adopsi praktik konstruksi berkelanjutan.
- Ketersediaan BahanÂ
Tidak semua material ramah lingkungan tersedia secara merata di seluruh wilayah, yang dapat membatasi penerapannya di lokasi tertentu.
- Kurangnya Pengetahuan dan PengalamanÂ
Implementasi material ramah lingkungan masih memerlukan peningkatan pengetahuan dan pengalaman di kalangan profesional konstruksi, yang kadang-kadang bisa menjadi hambatan.