Mohon tunggu...
Rumeta Floriansari Iriawan
Rumeta Floriansari Iriawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

hai there !

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengembangan Revolusi Hijau dan Penggunaan Bahan Alternatif Ramah Lingkungan dalam Konstruksi Bangunan di Indonesia

22 Oktober 2024   13:29 Diperbarui: 22 Oktober 2024   13:53 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

d. Teknologi Energi Terbarukan 

Selain bahan bangunan, teknologi energi terbarukan seperti panel surya dan sistem energi angin juga memainkan peran penting dalam konstruksi bangunan ramah lingkungan. Integrasi panel surya pada atap dan fasad bangunan memungkinkan bangunan untuk menghasilkan listrik sendiri, mengurangi ketergantungan pada sumber energi tidak terbarukan.

Pentingnya Revolusi Hijau dan Penggunaan Material Ramah Lingkungan

Mengalihkan pandangan ke Indonesia, Revolusi Hijau dalam teknik sipil maupun dunia konstruksi masih berada dalam fase perkembangan. Pemilihan material bahan bangunan berpengaruh pada konsumsi energi bangunan tersebut. 

Pada saat didirikan, konsumsi energi bangunan tersebut berkisar antara 5-13% sedangkan 87-95% merupakan angka konsumsi energi bangunan selama masa hidup bangunan tersebut.

 Urgensi penggunaan material ramah lingkungan dalam dunia konstruksi sangat penting, terutama mengingat besarnya skala dari setiap proyek yang ada di Indonesia dan dampak potensial terhadap lingkungan di sekitarnya.

Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan, pendekatan ini tidak hanya mendukung upaya mitigasi perubahan iklim tetapi juga menciptakan fondasi yang lebih kokoh bagi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. 

Penggunaan material ramah lingkungan dalam dunia konstruksi juga sejalan dengan tujuan global untuk mengurangi emisi karbon dan meminimalkan dampak lingkungan dari proyek infrastruktur besar.

Meskipun sudah ada beberapa inisiatif dan proyek yang mempromosikan pembangunan hijau, tantangan-tantangan dalam penerapan hal ini tidak mudah dan membutuhkan kerja sama antar tokoh masyarakat yang ada.

Tantangan dan Peluang

Implementasi bahan alternatif ramah lingkungan dalam konstruksi di Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan, seperti:

  • Kurangnya Kesadaran

Masih banyak pelaku industri konstruksi yang belum sepenuhnya menyadari manfaat bahan ramah lingkungan.

  • Biaya Awal atau Biaya Produksi yang Lebih Tinggi

Investasi awal untuk menggunakan teknologi dan bahan ramah lingkungan sering kali lebih tinggi dibandingkan dengan bahan konvensional. Material ramah lingkungan sering kali memerlukan proses produksi yang lebih kompleks dan biaya yang lebih tinggi dibandingkan material konvensional.

  • Regulasi yang Belum Mendukung

Kebijakan dan regulasi yang ada belum sepenuhnya mendukung adopsi praktik konstruksi berkelanjutan.

  • Ketersediaan Bahan 

Tidak semua material ramah lingkungan tersedia secara merata di seluruh wilayah, yang dapat membatasi penerapannya di lokasi tertentu.

  • Kurangnya Pengetahuan dan Pengalaman 

Implementasi material ramah lingkungan masih memerlukan peningkatan pengetahuan dan pengalaman di kalangan profesional konstruksi, yang kadang-kadang bisa menjadi hambatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun