Dalam kasus- kasus sulit, menulis bahkan bisa digunakan sebagai trauma healing.
Bisa juga untuk membagikan informasi, untuk membuat orang lain waspada, agar peristiwa yang sama tidak perlu terulang.
Apapun tujuannya, jelas, selayaknya  informasi yang ditulis oleh korban pemerkosaan itu tidak digunakan balik untuk menyerang dirinya. Kecuali oleh orang- orang yang tak punya hati.
***
Kasus pemerkosaan yang terjadi di Manchester yang menggemparkan kali ini menunjukkan dengan jelas, bahwa orang-orang yang diperkosa itu korban.
Mereka dibius, tidak sadarkan diri ketika pemerkosaan itu terjadi, dan mayoritas dari mereka adalah lelaki heteroseksual.Â
Ada berita yang menyebutkan, beberapa korban muntah-muntah saat mendengar informasi dari polisi tentang kejadian yang menimpa mereka.
Para psikolog banyak yang urun bicara. Membahas trauma dan gangguan psikologis yang kemungkinan akan diderita oleh para korban.
Nah padahal, baik korbannya lelaki maupun perempuan, banyak efek pemerkosaan yang serupa. Banyak jenis trauma yang sama. Perasaan terhina dan sebagainya, itu juga akan diderita oleh para korban pemerkosaan perempuan.Â
Belum lagi malah, jika korbannya perempuan, ada risiko terjadinya kehamilan yang tak diinginkan.
Lalu kenapa, jika korban pemerkosaan itu perempuan, tingkat empati dan simpati yang diberikan tak bisa solid? Kenapa selalu ada saja yang menuding bahwa kesalahan ada di pihak perempuan?