" Iya, " Dee, yang seperti juga Prameswari, merupakan penggemar berat Harry Potter, mengiyakan dengan antusias. " Namanya The Elephant House, " kata Dee.
Dee tertawa. Senang, tentu saja, dilimpahi kemesraan serupa itu. Dia meraih telepon genggamnya. Lalu membuka beberapa gambar dan menunjukkan pada Kuti.
" Aku dapat fotonya dari Prameswari, " kata Dee.
Kuti melihat foto etalase dan pintu sebuah cafe yang dengan segera menarik perhatian sebab berwarna merah, diantara warna- warna lebih teduh dan gelap pada  bangunan- bangunan di sekitarnya.
" Kata Prameswari, cafe ini mengoleksi beragam pernak- pernik berbentuk gajah, " cerita Dee.
" Dan eh, " Dee masih dengan antusias meneruskan ceritanya, " Tau nggak siiihhh.. nggak ada wifi di cafe ini. "
" Oh ya, nggak ada Wifi? " -- wah, itu keputusan yang berani, pikir Kuti. Hari gini, ketika biasanya begitu masuk ke cafe yang ditanyakan pengunjung adalah password wifi di tempat itu, The Elephant House malah memutuskan untuk tidak memasang wifi.
Dee menunjukkan lagi sebuah gambar. Isinya pengumuman, yang membuat Kuti tersenyum lebar.
" We do not have wifi. Talk to each other. Pretend it's 1995, " bunyi tulisan itu.
Hahaha.