Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Apa Pentingnya Tas Bermerek?

12 April 2017   13:41 Diperbarui: 13 April 2017   01:00 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

“ Apa sih pentingnya pakai tas bermerk? “

LONDON, di penghujung sebuah musim dingin. Di luar, suhu di bawah sepuluh derajat Celcius dan angina yang bertiup dingin cukup untuk menggigilkan tubuh.

Namun kami tak sedang kedinginan. Sebab kami berada di sebuah dapur hangat yang nyaman ketika itu. Duduk mengelilingi sebuah meja kayu dengan bunga Daffodil kuning dalam pot yang makin mencerahkan dapur tersebut.

Daffodil, biasa mekar untuk menandai hadirnya musim semi. Dan di peralihan antara musim dingin dan musim semi saat itu, bunga cantik itu mulai hadir dimana- mana.

Dapur hangat tersebut, ada di rumah seorang kenalan baik keluarga kami yang tinggal di London.

Ada aku, ibuku, seorang kawan lain dari Indonesia dan serta seorang ibu pemilik rumah di dapur itu. Kami berbincang ringan, mengobrolkan apa yang kami lakukan sesiang dan sesorean hari itu.

Window shopping, “ kami bercerita pada sang pemilik rumah.

“ Kemana? “ tanya sang empunya rumah.

“ Bond Streed, Oxford Street, “ cerita kami, “ Tapi nggak beli apa- apa, “ sambung kami tertawa.

“ Lihat apa saja? “ tanya sang pemilik rumah.

“ Iya, kita lihat macam- macam, “ jawab kawanku dari Indonesia yang ketika itu juga datang ke London bersamaan dengan kedatanganku kesana. “ Termasuk, lihat tas. Tapi nggak ada yang dibeli, koq..“

Pemilik rumah tertawa mendengar cerita kami, dan kemudian berkomentar, “ Ha ha. Mau beli tas? Yang bermerk? Emang penting, ya?  Apa sih pentingnya pakai tas bermerk? “

Bond Street, juga Oxford Street, yang kami telusuri dalam jalan- jalan kami hari itu adalah daerah dimana barang- barang mewah banyak dijual. Maka tak heran jika sang pemilik rumah langsung berkomentar tentang tas bermerk ketika mendengar kemana kami berjalan- jalan.

Kami senyum- senyum mendengar pertanyaan itu. Paham kearah mana pembicaraan berlanjut, tanpa merasa terlalu berdosa – sebab kami toh faktanya juga tak membeli apa- apa hari itu, ha ha.

***

Pemilik rumah dan dapur hangat kenalan baik keluarga kami yang berkomentar “ Apa sih pentingnya tas bermerk”  itu adalah orang yang sangatttt berada.

Aku tak ingin membeberkan dengan detail apa saja yang dia miliki, tapi sedekar menggambarkan saja,  rumah dimana dapur hangat itu berada terletak di daerah elite London. Dan itu bukan satu- satunya yang dia miliki. He he. Memiliki usaha yang berjalan dengan sangat baik, jadi tak heran jika mereka sangat berada seperti itu.

Yang menyenangkan dari keluarga ini adalah, sedemikian beradanya mereka, namun penampilan mereka sekeluarga sangat sederhana. Kami yang sudah mengenal mereka sedemikian lama, tahu persis betapa beradanya mereka. Tapi yang tak tahu, tak akan menyangka, jika hanya menilai dari penampilan mereka suami istri dan anak- anaknya.

Sang ibu di rumah itu, yang sedang mengobrol dengan kami sore itu, juga berpenampilan biasa- biasa saja. Tak ada satupun dari apa yang dipakainya yang akan bisa menunjukkan betapa kaya rayanya dia.

Kembali pada cerita tentang tas bermerk, kami mengobrol ringan tentang banyaknya orang yang sering ‘niat banget’ membeli tas- tas bermerk, kadang sampai diluar kemampuannya. Demi gengsi. Seakan harga diri itu tergantung pada apa barang yang dipakai.

Atau, kadangkala, bahkan sebab isi dompet tak mampu menjangkau barang bermerk yang asli sebab mahal, banyak orang yang menggunakan barang KW. Aspal. Asli tapi palsu. Tasnya berlogo merk tas- tas terkenal tapi sebenarnya itu tiruan saja.

Dan dengan tangan yang tak berhenti bergerak memotongi ini dan itu untuk dimasak, pemilik dapur hangat yang masakannya sangat enak itu, tertawa- tawa menceritakan satu hal pada kami.

“ Itu lho.. saya pernah pulang ke Indonesia. Lalu pergi berdua dengan si X, “ katanya sambil tertawa- tawa. X yang diceritakannya adalah seorang gadis muda yang bekerja padanya.

“ Nah, X waktu itu pakai tas LV, tapi palsu, “ ceritanya, “ Sementara saya.. ha ha.. tau sendiri kan tas saya ? “

Kami mesam- mesem.

Ya, kami tahu tas yang sehari- hari dipakainya.

Tas kain manis bermotif flora yang dilihat dari tampilannya, pasti sudah cukup lama dipakai, sebab.. disana- sini tas tersebut sudah mulai mengoyak.

Tas yang sudah mulai mengoyak itu, sebetulnya bahkan lebih lumayan dari tas yang sebelumnya dia miliki dan pakai juga untuk jangka waktu lama. Tas yang sebelumnya, bahkan tampilannya lebih ‘parah ‘ lagi. Tas bermotif flora itu, konon dipilihkan oleh anaknya. Karena itu tampilannya manis, walau sudah tua. Tas sebelumnya, benar- benar polos. Tas kain dari jeans yang ‘ngga jelas modelnya’, gitu. Ha ha.

Tapi.. jangan salah.

Ibu pemilik rumah ini beserta keluarganya ini sungguh keluarga yang murah hati. Mereka berkelimpahan secara materi. Hidup secukupnya saja, tak bermewah- mewah, namun menyisihkan banyak sekali dana yang mereka miliki untuk kegiatan sosial. Uang mereka yang banyak itu mereka pakai untuk menyumbang kesana kemari dan membangun ini dan itu di tempat- tempat yang membutuhkan.

Kembali soal tas, sambil terus tertawa- tawa sang pemilik rumah itu bercerita, “ Nah, ya gitu, sekali waktu, saya pulang ke Indonesia lalu saya pergi dengan X yang pakai tas LV tiruan itu, sementara tas saya ya begini ini, “ katanya sambil menunjuk tasnya yang sudah agak koyak itu, “ Eh.. tau- tau.. X dijambret ! “

Waduh.

“ Iya, “ lanjutnya. “ Betulan. X dijambret. Saya sih tidak dilirik oleh penjambretnya. Aman. Ha ha ha. Padahal.. “ lanjutnya sambil berdiri hendak memasukkan pinggan ke dalam oven, “ Padahal.. nggak ada apa- apa di dalam tas X, sementara di dalam tas saya saat itu ada uang tunai hampir dua ratus juta rupiah. Saya sedang harus bayar- bayar banyak hal karena sedang membangun tempat untuk kegiatan sosial kami, makanya ada uang sebanyak itu di tas.. “

Ahaha.

Kami terbahak.

Aih. Jambretnya salah sasaran, rupanya. Yang dijambret malah tas bermerk yang aspal, sementara tas yang berisi uang tunai begitu banyak, sebab tampak sederhana dan sudah tua pula, tak disentuhnya sama sekali.

***

Kembali pada cerita tas bermerk. Percakapan itu sungguh meninggalkan kesan yang dalam pada pikiranku.

Aku sendiri tak termasuk orang yang tergila- gila pada merk. Tak termasuk orang yang bersedia membeli tas dengan harga yang tak masuk akal demi gengsi belaka. Namun, tidak juga sih, kalau sampai menggunakan tas tua yang sudah koyak disana- sini. He he.

Tapi sungguh, apa yang diceritakan oleh pemilik rumah baik hati di dapur hangat senja itu, membuatku berpikir tentang nilai- nilai hidup ini.

Nah, lihat, orang yang baik hati dan tahu betul apa prioritas hidupnya dan sudah selesai dengan dirinya sendiri, memang tak akan lagi perlu menunjukkan bahwa dia kaya raya dengan memakai barang- barang bermerk sekedar untuk simbol status.

Dia tahu bahwa semua itu semu dan tak berarti.

Dia tahu, bahwa tas mahal, atau yang pura- puranya mahal padahal KW, tak seberarti tas tua sederhana yang berisi banyak uang yang akan digunakan untuk membantu dan memajukan orang lain dalam kegiatan sosial seperti yang banyak dilakukannya. Kegiatan dan kebiasaan menyumbang yang juga dilakukan tanpa gembar- gembor. Tanpa perlu menyebarkan berita kesana kemari melalui medsos atau mengundang wartawan, sebab bukan popularitas atau pamrih yang dicarinya.

Nyumbang ya nyumbang saja. Niatnya tulus membantu. Begitu saja.

***

Aku sungguh menikmati atas percakapan di dapur hangat pada suatu senja di penghujung musim dingin di London itu.

Bertemu dan berbincang dengan orang- orang baik yang sederhana dan rendah hati walaupun sangat berada semacam pemilik rumah tersebut sungguh memperkaya batin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun