***
Dan kini, dua tahun kemudian…
Sabtu akhir minggu yang lalu merupakan hari bahagia bagi kami sekeluarga.
Putra bungsu kami berulang tahun hari itu. Kami sekeluarga pergi makan malam di luar, dan hadir bersama kami, teman kuliah anak sulungku yang kuceritakan di atas, beserta ibunya. Ibunya yang tinggal di kota lain, di provinsi yang berbeda, datang ke kota dimana anaknya kuliah untuk menghadiri wisuda anaknya tersebut. Aku mengundang mereka untuk bergabung bersama kami di makan malam keluarga itu.
Putri sulung kami sendiri tak hadir dalam makan malam keluarga saat itu, sebab dia sendiri mendapatkan beasiswa untuk kuliah di luar negeri. Dia sedang berada jauh disana, di benua yang berbeda. Jadi, kukirimkan saja padanya foto- foto ketika kami orang tua, adik- adik serta neneknya sedang makan malam bersama teman baiknya yang baru diwisuda beserta ibundanya itu. Makan malam yang menyenangkan, dan mengharukan.
Aku berulang kali harus menahan agar air mataku tidak tumpah, malam itu.
Ibu kawan putriku itu dengan sederhana menyatakan perasaannya tentang kelulusan putrinya.
“Ya senang, ya bangga, ya lega, “ katanya. “ Bagaimanapun, kan tidak semua orang bisa kuliah di kota ini. Tidak semua orang bisa kuliah di perguruan tinggi yang ini.“
Kuanggukan kepalaku. Kupahami apa yang dikatakannya. Perguruan Tinggi Negeri dimana putrinya kuliah, itu perguruan tinggi ternama di negeri ini. Googling dan ketikkan kata kunci ‘perguruan tinggi terbaik di Indonesia’, dan nama perguruan tinggi tersebut akan muncul di deretan atas.
Mengingat keterbatasan ekonomi, pengetahuan dan kemampuan mereka untuk memberikan sarana pendukung bagi anaknya, bisa menembus masuk dan lulus dari perguruan tinggi itu memang pasti membutuhkan banyak perjuangan.
Kami mengobrol saat makan malam itu.