Putri sulung dan anak kedua kami kuliah di luar kota. Saat mereka memulai masa kuliah mereka, kami berikan kartu ATM tabungan kedua ini pada mereka. Kami beritahukan bahwa ada dana di tabungan tersebut sejumlah sekian yang boleh mereka gunakan dalam keadaan mendesak. Yakni jika mereka membutuhkan sejumlah dana tertentu yang lebih besar dari biasanya yang tidak bisa dipenuhi dari uang bulanan yang kami kirimkan dan dibutuhkan segera, sebelum kami orang tuanya sempat mengirimkan uang tambahan pada mereka.
Dana darurat itu tetap kami kontrol. Kami minta pada putra- putri kami untuk memberitahukan pada kami jika mereka mengambil dana dari rekening tersebut. Berapa jumlahnya dan untuk keperluan apa. Lalu jumlah sebesar yang mereka gunakan itu akan kami isi ke rekening tersebut agar saldonya kembali seperti semula. Selain itu, walau kartu ATM-nya kami berikan pada putra putri kami tersebut, buku tabungannya tetap kami yang menyimpan. Jadi kami bisa sewaktu- waktu mencetak buku tersebut untuk mengetahui saldonya.
Alhamdulillah, dana darurat itu sangat jarang terpakai. Dan sungguh, aku terharu sekali bahwa bahkan dana dari tabungan kedua yang kami kumpulkan sedikit demi sedikit sejak anak- anak masih kecil ini, kelak di kemudian hari menjadi salah satu sumber dana yang bisa kami bekalkan pada putri sulung kami saat dia berangkat kuliah ke luar negeri.
Putri kami kuliah di luar negeri dengan beasiswa penuh. Semua biaya transport untuk berangkat dan kembali dari negara tujuan, visa, biaya hidup dan kuliah, ditanggung oleh pemberi beasiswa. Praktis kami tak menanggung biaya apapun untuk itu. Tapi tentu saja, kami ingin membekalinya sedikit dana tambahan, untuk berjaga- jaga saja. Jadi ketika dia berangkat, kami bekali dia sejumlah uang, yang diantaranya berasal dari uang di tabungan kedua itu, ditambah sedikit lagi dari kantong lain. Masih juga dengan pesan yang sama: dipakainya dihemat- hemat yaaa.. siapa tahu nanti kapan- kapan masih dibutuhkan lagi. He he… soalnya, hemat pangkal pandai, kan? ( eh, salah ya.. bukan begitu pepatah yang betul? He he he.. )
p.s. ini catatan pengalaman pribadi, ditulis bukan untuk lomba dan tak ada pesan sponsor :)
* Bersambung ke:Â
- Menyimpan Dana Pendidikan Anak: Teliti Dulu Sebelum Membeli
- Memilih Investasi untuk Cadangan Dana Pendidikan Anak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H