Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teknik Memikat Perempuan: Rekayasa Cinta di Panggung Sang Motivator

11 Oktober 2016   12:13 Diperbarui: 11 Oktober 2016   18:52 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Itu ngajarin begitu, seakan- akan perempuan itu bisa disogok semata dengan kebendaan, ya Dee ? “ kata Kinanti.

“ Itu dia, “ komentar Dee. “ Konon, teknik itu akan berhasil sebab perempuan percaya pada janji lelaki. Konon perempuan yang ditaksir akan meleleh begitu saja jika ada lelaki yang bicara begitu padanya. Masa’ iya begitu, sih? Nggak percaya aku. Itu dangkal betul. Seakan- akan perempuan nggak cukup cerdas dan punya akal sehat aja untuk memilah mana yang gombal, artifisial, mana yang tulus dan masuk akal. “

Untuk kesekian kali, Kinanti terbahak.

Dia paham apa yang dikatakan Dee. Kinanti, seperti juga Dee, bukan penggemar hal- hal yang artifisial. Yang semata menyentuh kulit. Mengatakan bahwa jika lelaki menunjukkan foto rumah bagus, menjanjikan kelak mereka akan memiliki kebun kelapa sawit lalu perempuan akan meleleh itu betul- betul teknik artifisial. Menyentuh kulit, bukan isi.

Oh benar, perempuan, tentu saja akan senang jika diajak membicarakan tentang masa depan. Bicara tentang rumah, dan hal- hal “yang akan kita jalani bersama kelak”.Tapi perlu dipahami bahwa, pembicaraan semacam itu sebetulnya bukan semata tentang rumah bagus atau soal kebendaan.

Bukan itu. Kecuali mungkin bagi sebagian perempuan yang memang sejak awal ingin menikah dengan lelaki karena hartanya.

Perempuan senang membicarakan tentang “rumah kita kelak” karena ada satu hal yang lebih penting dibanding sekedar rumah tersebut sendiri, yakni bahwa kelak dia akan melewati hari- hari bersama lelaki yang dicintainya. Jadi itu bukan semata urusan rumah bagus, kebun sawit, kapal pesiar, atau harta benda lain. Maka, tak perlu gombalan menunjukkan foto rumah-mewah-entah-milik-siapa itu. Pembicaraan tentang masa depan, alih- alih tentang kebendaan, sebenarnya inti utamanya justru tentang lelaki tersebut sendiri.

Pembicaraan tentang “rumah kita kelak” hanya akan melelehkan hati perempuan, jika sejak awal perempuan tersebut memang juga ada hati pada si lelaki yang mengatakannya. Jika tidak, pembicaraan seperti itu tak akan berujung kemana- mana. Bisa jadi, perempuan tersebut malah akan menjauh sesudahnya – jika yang bicara itu bukan lelaki yang juga dicintainya.

“ Yang penting emang siapa yang ngomong, ya Dee.. “ kata Kinanti dibalik tawanya.

Dee mengangguk.

Ya, yang penting, dan terpenting, memang justru sosok lelaki yang mengajak bicara tersebut. Bukan bendanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun