Model sekolah inklusi seperti ini pada akhirnya membuat anak- anak lain yang tak berkebutuhan khusus memiliki pemahaman, empati dan keterbukaan sikap pada teman- teman mereka yang karena kebutuhan khususnya itu sehari- harinya menunjukkan sikap yang agak berbeda dengan teman- teman lain. itu.
Keterbukaan, empati serta sikap untuk menerima perbedaan dalam pergaulan sehari- hari baik pada teman yang berkebutuhan khusus maupun yang tidak dibangun dalam situasi keseharian di sekolah.
***
Kembali pada cerita di belakang panggung pertunjukan kesenian yang malam itu akan digelar oleh sekolah baru si bungsu..
Putra bungsu kami juga akan mengambil bagian dalam pertunjukan musik tersebut.
Mengingat dia adalah murid baru di sekolah itu, saat mengantarnya, kuikuti dia sampai ke belakang panggung. Mengantisipasi jika ada kecanggungan atau hal- hal yang membutuhkan bantuan.
Ternyata…
Yang kusaksikan adalah, kecanggungan itu tidak ada.
Sebab begitu anakku tiba, beberapa temannya menghampiri dia dan mengajak anakku bergabung dengan kawan- kawan yang lain. Memberitahukan padanya ini dan itu. Anakku dengan segera tampak nyaman dan lalu bergabung dengan teman- temannya.
Aku lega. Tapi walau begitu, aku tetap memilih untuk berada di ruangan di belakang panggung itu. Selain untuk melihat situasi, juga karena tertarik untuk melihat beberapa anak yang sedang berlatih untuk pentas hari itu.
Pertunjukan seni itu sendiri melibatkan murid- murid dari SD sampai SMA.