Haaaa…
Itu jawaban yang diluar dugaanku. Tadinya sungguh kupikir kakak beradik ini akan terus saling meledek dan memperdebatkan urusan medium dan well done itu. Sama sekali tak terpikir olehku bahwa jawabannya akan seperti itu.
Dan… sukseslah jawaban itu membuat air mataku mengalir tak terbendung.
Ya ampun.
Bayangkan saja, percakapan itu terjadi ketika sedang berada di antara banyak orang yang sedang mengantri di restaurant. Tentu saja aku tak ingin menarik perhatian mereka dengan air mataku. Maka, sibuklah aku menyusut air mata yang mengalir itu itu diam- diam.
***
Pembicaraan tentang makanan yang berujung pada jatuhnya air mata bukan hanya saat itu saja terjadi.
Sekitar dua bulan sebelum putri sulung kami berangkat, kami sekeluarga sedang pergi berjalan- jalan ke luar kota dan menghabiskan malam dengan makan sea food, salah satunya ikan kakap bakar, sambil lesehan.
Sambil makan itu, suamiku bercerita pada anak- anak tentang pengalamannya saat kuliah S2 dulu. Ayah anak- anak ini sekolah S2 di luar negeri dengan beasiswa. Jadi uang sakunya terbatas.
" Bapak dulu masak sendiri, " katanya pada anak-anak. " Nah, Bapak kan ngga terlalu suka daging, jadi seringnya makan ikan. Tapi, ikan itu harganya mahal. Jadi akhirnya Bapak suka beli sirip kakap.. "
Sirip kakap?