Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Proses Belajar Anak itu Seperti Lari Marathon, Bukan Sprint

18 Juli 2016   17:38 Diperbarui: 24 Juli 2016   13:15 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku sungguh tak ingin anakku membandingkan dirinya dengan diriku. Walau dia anakku, dia individu yang berbeda dengan diriku. Lebih- lebih lagi, kompetisi saat ini beda dengan zamanku dulu. Dulu, jadi juara kelas itu rasanya ya bisa dicapai dengan ‘begitu saja’. Aku tak melakukan terlalu banyak hal untuk mendapatkan itu. Beda dengan anak-anak sekarang.

***

Urusan jadi juara ini, pernah muncul sekali lagi, saat si sulung lulus Sekolah Dasar. Saat itu ada ujian nasional yang urusan NEM ( Nilai Ebtanas Murni )-nya seakan urusan hidup dan mati. Ada banyak orang tua murid di sekolah anakku yang sejak jauh- jauh hari sudah menagetkan, anaknya minimal harus mendapatkan total NEM sekian, dan anaknya dipacu untuk itu. Tujuannya, tentu saja, agar sang anak nanti bisa menembus masuk SMP favorit yang dasar penerimaannya adalah NEM.

Kami berdua, aku dan ayahnya anak-anak, tidak begitu. Kami tidak menargetkan apa- apa. Kami, seperti biasa, hanya mendorong anak kami untuk mengupayakan yang terbaik saja. Kami katakan padanya, “Kalau kau tidak bisa masuk ke SMP anu (yang favorit itu), tenang saja, nanti kita cari sekolah lain. SMP kan bukan cuma ada satu.. “

Anak kami itu, murid kelas akselerasi. Dia akan menamatkan sekolah dasarnya dalam 5 tahun. Dan tahun itu merupakan pilot project kelas akselerasi di sekolah tersebut. Maka bagi kami, tak perlulah menambah beban lain padanya.

Lalu.. tak dinyanya tak diduga…

Ketika NEM diumumkan..

Beberapa orang tua tampak kecewa. Nilai NEM anak mereka tak seperti yang diharapkan. Sementara, wah.. putri kami malah memperoleh NEM jauh di atas yang kami bayangkan. NEM-nya ternyata bahkan nomor dua terbaik dari seluruh angkatannya. Artinya, dari seluruh murid kelas 6 baik yang kelas akselerasi maupun kakak- kakak kelasnya yang non- akselerasi. Nilai NEM tertinggi diraih oleh kakak kelasnya dari kelas 6 non-akselerasi yang memang selama ini selalu menjadi juara umum.

Anak kami gembira sekali.

Kami juga gembira. Kami tahu dia bekerja keras, and well, she deserve it. Dia memang pantas mendapatkan hal itu. Walau ayahnya, lalu dengan jahil menggodanya.

“Nduk,“ kata ayahnya, “Kau rangking 2 se-sekolahmu NEM-nya, kalau sekotamadya rangkin berapa ya? Jangan-jangan rangking 200.“

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun