Jumlah yang kami bayar per bulan memang menjadi naik signifikan, tapi paling sedikit, dengan diperpendeknya jangka waktu pinjaman, yang kami bayar porsi terbesarnya adalah pinjaman pokoknya. Bukan bunga. Ini mengurangi rasa ‘sakit hati’ saat membayar kredit rumah tiap bulan pada kondisi suku bunga pinjaman sedang tidak masuk akal seperti itu.
***
Kemudian, di periode tersebut, dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil itu, aku mulai melihat cukup banyak kawan- kawanku pindah bekerja ke luar negeri. Baik atas usaha sendiri, maupun ditransfer pindah ke luar negeri oleh perusahaan ke kantor cabang lain di luar negeri.
Hmmm..
Lalu aku mulai memikirkan satu hal: mengapa tidak mengambil momentum itu untuk juga pindah bekerja ke luar negeri?
Suamiku, lulus S-2 dari salah satu universitas di Australia.
Aku sendiri, selama itu bekerja di perusahaan multinasional.
Di atas kertas, kami akan bisa memperoleh pekerjaan yang baik juga jika kami pergi ke luar negeri.
“ Dan anak- anak bisa mendapatkan pendidikan yang baik, nanti, “ kataku. “ Ayo kita pergi beberapa tahun, nanti kembali ke Indonesia lagi setelah itu… “
Ha ha.
Aku ingat, aku dengan gembira dan semangat mengatakan hal tersebut pada suamiku. Juga mengobrolkan hal yang sama pada ayahku (yang dulu pernah tinggal di Jerman). Juga pada adikku yang saat itu sedang tinggal di Inggris untuk menyelesaikan Post Doctoral programnya.