Suatu hari aku mengerjakan sebuah project sebagai tanggung jawab tambahan dari pekerjaan utamaku, dan ketika project itu sudah selesai, ucapan terimakasih darinya disertai dengan kalimat ini, “ D, ada novel bagus pemenang penghargaan internasional. “ Lalu, disebutkannya judul novel itu. “ Sudah punya? “
Aku menggeleng.Â
Dia tersenyum lebar lalu mengatakan, “ Jangan beli ya. Nanti aku yang akan membelikan untukmu. “
Oh, aku senang sekali.
Memang sih, selain novel itu, atasanku ini kemudian juga memberikan award resmi dari perusahaan atas hasil kerjaku itu. Award, selalu menyenangkan. Selain merasa dihargai, bisa dipajang di Curriculum Vitae, juga, seringkali, nilai materialnya lumayan. He he.
Tapi sungguh, selain award resmi itu, yang juga sangat kuhargai adalah tawaran membelikan novel bagiku. Harganya mungkin tak seberapa, tapi itu adalah sebuah pendekatan pribadi yang menyenangkan dan menyentuh.
Dan begitulah.
Suatu hari saat penugasannya ke Indonesia sudah selesai, dia kembali ke negaranya. Tapi kami tak putus hubungan.
Ada suatu hari, dimana aku mendapat tawaran kerja di tempat lain. Yang ketika hendak masuk ke perusahaan itu, diminta surat referensi dari orang- orang yang mengenalku sebelumnya. Kuhubungi mantan atasan-ku ini, yang dengan senang hati bersedia memberikan nomor telepon dan alamat emailnya kepada pihak perusahaan yang akan merekrutku untuk dihubungi.
Lalu sekian tahun kemudian, aku kembali mendapatkan tawaran di tempat lain lagi. Dan dia termasuk salah satu dari beberapa mantan atasan yang kuhubungi lagi, meminta bantuan untuk memberikan referensi.
Saat meneleponku beberapa hari yang lalu dia bertanya setengah menggoda, “ D, kau masih di bekerja di xxx kan saat ini? “ sambil dia menyebutkan nama perusahaan tempatku bekerja.