Cuti yang diambil dari pekerjaanpun bahkan semata cukup untuk mempersiapkan hari-H, dan setelah itu, pindah ke rumah kontrakan.
Rumah kontrakan ini bahkan diperoleh at the last minute.
Kami bahkan tadinya tenang- tenang saja dengan pemikiran 'yang penting nikah dulu aja deh' dan setelah itu baru urusan lain akan dilakukan. Termasuk mencari tempat tinggal.
Jadi kami pikir, setelah menikah tak apa dia kembali ke tempat kostnya dan aku kembali ke tempat kostku dulu -- kami berdua bekerja di kota yang berbeda dengan kota dimana orang tua kami berada, sehingga kami tinggal di tempat kost.
Hanya saja, Bapak dan ibu kost-ku yang mendengar rencana itu menganggap hal tersebut solusi yang 'aneh'. Beliau berdua, ibu dan bapak kost sepuh yang baik hati itu, berpendapat seharusnya ada cara yang lebih baik daripada suami istri pengantin baru pulang ke rumah kost yang berbeda dan bahkan agak berjauhan letaknya setelah pernikahan.
Maka ibu dan bapak kost-ku menawarkan sebuah kamar yang lebih besar di rumah mereka untuk kami tempati seusai pernikahan. Kamar itu sebetulnya bukan termasuk kamar yang disewakan pada penghuni kost. Itu kamar di lantai bawah yang diperuntukkan khusus untuk keluarga sementara kamar- kamar yang disewakan hanya yang berada di lantai atas.
" Pakai saja kamar besar itu, " kata Bapak dan ibu kostku, " Tak perlu tambah bayarnya, bayar jumlah yang biasa saja. Pakai saja sampai sudah dapat rumah untuk tempat tinggal nanti."
Duh. Alih- alih senang, kami malah sungkan. Sungguh kami tak enak hati jika harus merepotkan serupa itu.
Maka begitulah, kami tergesa mencari rumah yang bisa dikontrak. Yang akhirnya kami dapatkan tanpa sengaja, ketika seorang kawan yang sudah memiliki rumah belum menggunakan rumahnya itu sebab mereka berencana untuk tinggal di rumah orang tua mereka dulu sambil menanti kelahiran bayi.
Maka rumah itulah yang kami kontrak.
Dan dengan begitu kami bisa mengucapkan terimakasih seraya menolak tawaran bapak dan ibu kostku untuk menggunakan dulu kamar yang lebih besar di rumah mereka seusai pernikahan kami.