Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mina, di Jalan Depan Tendaku (2)

27 September 2015   20:12 Diperbarui: 27 September 2015   22:47 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kucari kantong plastik, dan kemudian kupenuhi kantong plastik itu dengan berbotol- botol air dan juice buah.

Di tenda kami, air melimpah, juice buah dalam berbagai rasa tak pernah kurang. Kami boleh mengambilnya sebanyak yang kami mau dari kulkas, setiap saat.

Lalu dengan kantong penuh botol air dan juice buah itu, aku kembali berdiri di pinggir jalan, di muka tenda. Kuulurkan air dan juice buah itu pada siapapun yang lewat dan mau menerimanya. Berharap bahwa hal tersebut akan membantu membasahi kerongkongan mereka setelah berjalan jauh.

Tak kupilih siapa yang kusodori air itu. Tak kulihat apa bangsanya, apa warna kulitnya. Jika dia berjalan melenggang tanpa membawa bekal apapun, kusodorkan saja air dan juice itu bahkan tanpa bicara.

Hal yang sama, kulakukan lagi beberapa jam kemudian, ketika giliran kami melempar jumroh tiba. Menjelang berangkat, kuisi penuh- penuh ranselku dengan air dan juice. Sebetulnya, untuk kebutuhanku sendiri saja, satu botol air sudah akan cukup. Tenda putih kami benar- benar merupakan salah satu tenda terdekat dari tempat melempar jumroh itu, jadi memang tak perlu berbekal air terlalu banyak jika hanya untuk diri sendiri.

Tapi melihat apa yang terjadi tadi pagi, kubawa air dan juice jauh lebih banyak dari apa yang kubutuhkan sendiri. Lalu, kembali dalam perjalanan menuju tempat melempar jumroh dan dalam perjalanan pulang, kuulurkan air dan juice itu pada siapapun yang kebetulan kutemui.

Biarlah seperti menggarami lautan. Biarlah tak seberapa berarti. Biar pulalah itu tak sebanding jumlahnya dengan begitu banyak jamaah. Sebab aku sungguh tak sanggup berdiam diri saja, maka kuturuti apa yang diperintahkan hatiku untuk dilakukan...

p.s. Turut belasungkawa atas jatuhnya korban di Mina pada musim haji 2015. Semoga seluruh jamaah haji yang wafat di Mina diterima sebagai mati syahid dan ditempatkan di tempat terbaik di surgaNya.

Tulisan sebelumnya: http://www.kompasiana.com/rumahkayu/mina-di-jalan-depan-tendaku-1_5605f0561f23bdae048b4568

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun