Kadang- kadang, mengingat- ingat kelakuan anak- anak saat kecil itu terasa lucu sekali.
INI masih cerita tentang anak tengahku, anak unik yang saat kecil sering bikin guru-gurunya pusing tujuh keliling dan kami orang tuanya walau sebetulnya juga ketar-ketir, harus memutar otak mencari solusi.
Anak ini adalah ketua kampanye dengan tagline "sekolah itu tidak asyik" di rumah kami. Entah berapa kali dia mempertanyakan hal yang sama, kenapa sih orang harus sekolah. Boleh tidak dia tidak usah sekolah saja. Dsb dsb dsb.
Riwayat mogok sekolah sudah dimulai sejak dia batita di play group, dan baru selesai saat menjelang dia ujian SD.
Dan apakah setelah periode itu dia menikmati sekolah? Oh, ya tidak juga. Tapi at least, dia tidak mogok.
Perlu dicatat adalah salah satu faktor bahwa mengapa dia bisa 'terselamatkan', sebab dalam perjalanan pendidikannya, dia bertemu beberapa guru baik hati yang sangat memahami dan bersedia memberikan toleransi padanya.
Yang pertama adalah gurunya saat kelas 1 SD.
Guru kelas 1 SD-nya sangat terbuka dan memahaminya
Saat anakku ini mogok sekolah ketika duduk di kelas 1 SD, dan salah satu yang dikemukakan anakku adalah alasan "sekolahnya kelamaan", ibu guru itu mengijinkan anakku bersekolah dengan flexi time. Menentukan sendiri jam masuk dan jam pulang sekolahnya, asal dia bisa menyelesaikan tugas-tugas sekolah sejumlah yang sama dengan teman- temannya.
Tentu saja, tak ada aturan tertulis di sekolah yang mengijinkan anak bersekolah dengan flexi time semacam ini. Ibu guru itu mengambil keputusan sendiri saja.
Anakku, begitu diberi tahu bahwa dia boleh datang dan pulang pada jam yang dia inginkan asal dia bisa menyelesaikan jumlah tugas sekolah yang sama dengan teman-temannya, mau bersekolah kembali.