Bagi anak- anak di rumah, dan bagi ibuku yang selama kami naik haji tinggal di rumah kami untuk menemani anak- anak, keberadaan WhatsApp sungguh menyenangkan dan menenangkan. Melalui WhatsApp itulah mereka menerima berita, pesan dan banyak foto yang kami kirimkan, sehingga mereka bisa mendapat gambaran yang baik tentang kondisi kami. Sebaliknya, mereka juga mengirimkan berita dan foto- foto dari rumah. Berita, pesan dan foto- foto itu, seperti biasa, tentu saja diimbuhi gambar- gambar hati pula. Ha ha.
Tahun terus berjalan. Anak- anak kami tumbuh makin besar.Â
Si sulung sudah lebih dulu kuliah di luar kota, lalu tahun ini, disusul oleh adiknya, anak kami yang kedua, yang juga kuliah di luar kota. Tinggal si bungsu yang masih bersama kami di rumah.
Dan kembali, teknologi membantu kami.
Kami memiliki group keluarga di WhatsApp dan Line. Anggotanya just the five of us. Aku, suamiku dan ketiga anak kami. Itu group dimana kami bisa tetap saling terhubung, bicara, bertukar informasi dan bercanda.
Isinya kadang- kadang serius, kadang- kadang iseng, seringkali bahkan hanya saling meledek dan bergurau satu sama lain saja.
***
Banyak temanku yang juga anak- anaknya sudah kuliah. Ada yang diluar kota, ada yang diluar negeri. Dan kami pernah saling mengobrol tentang bagaimana cara masing- masing dari kami berkomunikasi dengan anak- anak.
Jawabannya rata- rata adalah ya itu, menggunakan  beragam aplikasi itu. WhatsApp.. Cacaotalk.. Line..dan beragam hal serupa.
Murah. Bisa telpon, bisa video call juga...
Bagi beberapa kawanku, mereka menganggap adanya fasilitas- fasilitas semacam itu mencukupi. Bagiku sendiri, aplikasi- aplikasi itu klasifikasinya memang membantu, tapiii...