Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Karena Teknologi Tercanggihpun Tak Bisa Menggantikan Pelukan

16 September 2015   21:33 Diperbarui: 16 September 2015   23:00 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JIKA ada tanda gambar, emoji, emoticon atau apapun namanya yang biasa digunakan saat chatting, maka gambar yang paling sering aku gunakan adalah gambar hati.. dalam berbagai bentuk dan warnanya.

Atau juga tulisan-tulisan  I love you, dalam beragam variasinya pula.

Nah, lho..  enang dikirim kemana gambar- gambar dan tulisan- tulisan mesra itu?

Ohhh.. haha..ini: pada anak- anakku.. :)

Dulu bertahun lalu..ketika komunikasi belum semudah sekarang dan teknologi belum secanggih saat ini, jika sedang bepergian untuk urusan pekerjaan, selain menghubungi mekalui telepon, atau email, adakalanya kugunakan juga gtalk, fasilitas chatting dari google itu.

Anak- anak masih kecil saat itu dan biasanya dibantu oleh ayahnya lalu login di komputer, sekedar untuk mendapati sapaan I love you dariku...

Teknologi berkembang begitu cepat..chatting kini bisa dilakukan dengan cara yang jauh lebih mudah dan murah. Kini tak perlu lagi komputer, telepon genggam saja cukup. Dan aplikasi yang dapat digunakanpun begitu banyaknya.

***

Sepanjang pernikahan kami, aku dan suamiku tidak pernah pergi lama berdua bersamaan tanpa anak- anak. Jika harus melakukan perjalanan untuk urusan pekerjaan keluar kota atau luar negeri, kami biasa saling mencocokkan jadwal. Berusaha agar jika yang satu sedang pergi, yang lain ada di rumah. Liburan, anak-anak akan pergi bersama kami, tak pernah hanya berdua saja.

Kali pertama kami pergi dalam waktu cukup lama, hampir sebulan, hanya bedua saja adalah ketika kami berangkat ke Tanah Suci untuk naik haji.

Ketika itu, WhatsApp menjadi andalan kami. 

Bagi anak- anak di rumah, dan bagi ibuku yang selama kami naik haji tinggal di rumah kami untuk menemani anak- anak, keberadaan WhatsApp sungguh menyenangkan dan menenangkan. Melalui WhatsApp itulah mereka menerima berita, pesan dan banyak foto yang kami kirimkan, sehingga mereka bisa mendapat gambaran yang baik tentang kondisi kami. Sebaliknya, mereka juga mengirimkan berita dan foto- foto dari rumah. Berita, pesan dan foto- foto itu, seperti biasa, tentu saja diimbuhi gambar- gambar hati pula. Ha ha.

Tahun terus berjalan. Anak- anak kami tumbuh makin besar. 

Si sulung sudah lebih dulu kuliah di luar kota, lalu tahun ini, disusul oleh adiknya, anak kami yang kedua, yang juga kuliah di luar kota. Tinggal si bungsu yang masih bersama kami di rumah.

Dan kembali, teknologi membantu kami.

Kami memiliki group keluarga di WhatsApp dan Line. Anggotanya just the five of us. Aku, suamiku dan ketiga anak kami. Itu group dimana kami bisa tetap saling terhubung, bicara, bertukar informasi dan bercanda.

Isinya kadang- kadang serius, kadang- kadang iseng, seringkali bahkan hanya saling meledek dan bergurau satu sama lain saja.

***

Banyak temanku yang juga anak- anaknya sudah kuliah. Ada yang diluar kota, ada yang diluar negeri. Dan kami pernah saling mengobrol tentang bagaimana cara masing- masing dari kami berkomunikasi dengan anak- anak.

Jawabannya rata- rata adalah ya itu, menggunakan  beragam aplikasi itu. WhatsApp.. Cacaotalk.. Line..dan beragam hal serupa.

Murah. Bisa telpon, bisa video call juga...

Bagi beberapa kawanku, mereka menganggap adanya fasilitas- fasilitas semacam itu mencukupi. Bagiku sendiri, aplikasi- aplikasi itu klasifikasinya memang membantu, tapiii...

Lho, koq pakai tapi?

Benar. Sebab ada satu hal menurutku yang hingga saat ini belum bisa diatasi bahkan dengan teknologi secanggih apapun. Hal yang tetap saja bagiku terasa 'ada yang hilang".

Apa?

Sentuhan langsung. Peluk, atau cium, tak bisa dilakukan jika jarak memisahkan.

Tanda hati yang bertebaran itu.. walau menggambarkan apa yang ingin disampaikan, tetap tak bisa menggantikan kehangatan pelukan atau cium sayang di pipi yang bisa dan biasa dilakukan jika anak- anak ada di dekat kami.

He he. Tentu saja, itu adalah konsekwensi logis dari sebuah pilihan, dimana demi mencapai cita- cita mereka, anak- anak perlu kuliah di luar kota itu. Tapi ya begitulah, seperti yang kukatakan, bagiku, tetap saja ada yang terasa hilang.

Entahlah, jika suatu saat nanti, teknologi sudah sedemikian canggihnya sehingga tersedia suatu alat yang bisa memberikan lebih banyak daripada fungsi yang ada di video call dimana kita bisa bicara sambil saling menatap muka, yakni suatu alat yang somehow bisa membuat peluk dan cium itu dilakukan walau masing- masing berada di tempat yang saling berjauhan.

Ahai... sekali- sekali bermimpi seperti ini, boleh kan?

p.s. Ini tulisan yang dibuat oleh ibu- ibu yang sedang kangen berat pada anak- anaknya dan tak sabar menanti akhir minggu untuk bisa bertemu mereka... he he he he he...

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun