Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Menyerah! (Proses Panjang Membesarkan Anak Unik - 2)

13 September 2015   16:17 Diperbarui: 24 September 2015   14:48 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku pahami, aku pahami semua ukuran itu. Kupahami sudut pandang itu.

Tapi... ukuran itu bisa diberlakukan bagi anak- anak yang... well... katakanlah, seperti anak sulungku itu, yang prestasinya stabil dan cemerlang sebab semua komponen kecerdasan, kegigihan, kestabilan ada di dalam dirinya untuk mendukung pencapaian semacam itu.

Namun tak akan mudah bagi anak- anak yang tingkah lakunya unik seperti anak tengah yang kuceritakan ini.

Yang bahkan saat TK sempat membuat guru- gurunya panik sebab bersikeras tak mau mengisi bagiannya untuk buku tahunan dan bicara di video kenangan TK jika tak diijinkan untuk mengatakan "tukang parkir" sebagai cita- citanya sementara teman- teman lain memilih insinyur, pilot, astronot, pianis dan beragam cita- cita hebat lainnya.

Bu guru TK juga mengatakan pada anak kami, " Nanti ibu-bapaknya malu, kalau dibilang cita- citanya jadi tukang parkir itu... "

Ahahahaha. Sekali lagi, kami memahami apa yang ada dalam pikiran para ibu guru TK yang baik hati itu. Tapi jawaban kami lugas saat kami dihubungi, " Tak apa, biarkan saja dia katakan apapun yang dia inginkan di buku dan video tahunan TK, termasuk jika dia bilang ingin jadi tukang parkir..."

Sejujurnya, saat itu kami sendiri lebih menganggap hal tersebut sebagai lucu daripada 'memalukan' seperti yang dikhawatirkan para ibu guru.

Tapi, diomeli dengan suara keras saat mengambil raport anak yang sama saat SMA memang tidak lagi termasuk lucu, he he.

Betapapun, omelan itu sungguh membuatku tersadar bahwa apa yang dikatakan psikolog yang pernah kami mintai pendapatnya saat anak kami ini duduk di bangku SD (dan kerap mogok sekolah) bertahun yang lalu ternyata benar.

Perkembangan anak ini, akan sangat tergantung pada sikap kami orang tuanya. Apakah dengan segala keunikannya itu dia akan bisa mencapai prestasi terbaiknya atau akan jatuh terpuruk, akan sangat tergantung pada kami orang tuanya. Sebab secara umum, lingkungan, termasuk sekolah dan mayoritas guru- guru, hanya akan melihat permukaan saja. Tidak sempat masuk lebih dalam lagi.

Psikolog  itu mengatakan begini, " Tak ada yang salah dengan anak ini. Dan tak ada yang bisa (atau perlu) dilakukan (secara khusus). Hanya orang tuanya saja yang harus sabar menghadapi dan menjalani prosesnya. Suatu saat nanti, dia akan mencapai titik keseimbangannya dan saat itulah prestasinya akan sebanding dengan kapasitas yang dimilikinya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun