Tapi...
***
Sejak sehari sebelumnya, kami sudah diwanti- wanti untuk turun berkumpul di lobby hotel tepat waktu dan di titik yang sudah disepakati.
Mobilisasi jamaah haji dari Madinah ke Mekah mencapai puncaknya saat itu. Sudah dikatakan pada kami bahwa pada hari kami berangkat itu, akan banyak pula rombongan lain yang berangkat. Dari berbagai negara. Maka pastikan kami siap agar perjalanan lancar.
Dan begitulah... benar begitu suasananya.
Lobby hotel yang walau biasanya juga ramai, saat itu bukan ramai lagi kata yang cukup tepat untuk menggambarkan, tapi padat dan hiruk pikuk. Berbagai kelompok jamaah haji dengan pakaian ihram dan tas- tas tentengan dan koper kecil berdiri menanti keberangkatan di lobby hotel. Koper besar, sudah sejak malam sebelumnya diminta disiapkan di depan kamar masing- masing untuk kemudian dikumpulkan dan diorganisir oleh para petugas untuk nanti akan dibagikan kembali pada kami saat telah tiba di Mekah.
Dan jalan di depan hotel.. nyaris tak ada tempat kosong. Bus- bus berderet- deret dengan kerapatan luar biasa, membuat orang yang berjalan kaki atau hendak masuk ke dalam bus harus memiring- miringkan badan agar bisa menyelipkan diri diantara celah- celah kecil antar bus itu.
Aku tak paham bahasa Arab, jadi tak tahu apa yang mereka bicarakan tapi kemudian di dalam bus kami diberitahu bahwa surat ijin yang diperlukan agar kami bisa berangkat saat itu belum diperoleh tapi untuk menghindari kepadatan antrian bus di depan hotel, kami diminta berangkat saja dan surat ijin tersebut akan diberikan di satu titik jalan di dalam kota Madinah yang akan kami lalui nanti.
Deal.
Berangkatlah bus kami.