Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Musibah di Tanah Suci ( A True Story )

12 September 2015   10:50 Diperbarui: 12 September 2015   16:41 2416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu beberapa petugas datang. Kami diminta naik kedalam bus kembali, dan bus berjalan ke tempat lain, dimana juga ada tempat lapang. Di tempat itu, supir bus yang berasal dari Madura turun kemudian seseorang naik menggantikannya duduk di balik kemudi. Konon, itu orang dari perusahaan asuransi setempat. Tinggi besar khas orang dari Timur Tengah.

Dan...

Ini yang diluar dugaanku. Orang dibalik kemudi itu menjalankan bus dengan kecepatan yang cukup tinggi, mencoba membelokkan secara mendadak, lalu mengerem tiba- tiba. Dia melakukan manuver semacam itu beberapa kali. Rupanya, itu untuk mengecek apa penyebab kejadian. Rem blong-kah, atau supir yang mengantuk.

Ya ampun !

Sampai hari ini aku tak paham, mengapa saat hendak mencoba melakukan hal tersebut kami para jamaah tak diminta turun dari bus tapi diajak untuk turut serta mencoba kondisi rem. Untunglah, rem itu ternyata berfungsi baik. Konon, kecelakaan tertabraknya bus di depan kami terjadi sebab supir kami mengantuk saat itu. Nah bagaimana jika sebenarnya penyebab kecelakaan itu adalah rem blong yang tak berfungsi baik, sementara saat mencoba rem itu kami semua ada di dalam bus?

Haduh, ada- ada saja.

Yang aku dengar, setelah tabrakan terjadi itu, sebenarnya kami ditawari untuk bertukar ke bus lain. Hanya saja, bus pengganti yang diberikan lebih kecil, kondisinya kurang bagus dan (maaf) seperti bus yang biasa memuat kambing, he he. Maka tawaran itu ditolak dan kami menanti diberikannya bus lain yang lebih layak. Tapi akibatnya kami harus menanti lama. Dan sepanjang ingatanku, sebab akhirnya rem bus kami ternyata berfungsi dengan baik, bus kami dianggap layak untuk terus dipakai untuk mengantarkan kami hingga tiba ke penginapan.

Seusai pemeriksaan oleh petugas dari asuransi itu, supir kami yang berasal dari Madura kembali naik ke belakang kemudi dan kami melanjutkan perjalanan hingga tiba di hotel. Perjalanan dari Madinah ke Mekah yang umumnya bisa ditempuh dalam waktu empat setengah jam hari itu kami lalui dalam waktu hampir sembilan jam. Ibadah umrah kami tentu saja juga bergeser waktunya dan akhirnya dilaksanakan mulai lewat tengah malam dan baru kami selesaikan pada jam 4 pagi.

Begitulah. Musibah, kecelakaan, memang tak pernah kita harapkan. Tapi, manusia memang bisa berencana, berupaya, namun adakalanya apa yang terjadi memang diluar kemampuan kita untuk mengendalikan atau menghindari...

p.s. Semoga para korban yang luka karena crane yang jatuh di Masjidil Haram segera sembuh dan diberi kekuatan, agar bisa mengikuti rangkaian puncak ibadah haji di Mina dan Arafah. Semoga yang wafat diberi kebaikan. Meninggal pada hari Jumat, saat sedang beribadah di Masjidil Haram, semoga digolongkan sebagai mati syahid, Insya Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun