Lalu, tentang apa percakapan kedua yang 'tugas baca buku dari ibu' itu?
Oh, yang itu, kebiasaan yang dibangun di rumah kami.
Kami suami istri memang gemar membaca dan ingin anak- anak kami juga memiliki kegemaran yang sama. Dalam hal ini, disamping membebaskan mereka membaca buku sesuai selera mereka, kami juga ingin melatih mereka membaca buku yang menurut kami baik, yang mungkin jika tidak kami minta mereka membacanya, akan terlewatkan mereka baca.
Maka, dibuatlah perbandingan 2:1 dalam urusan membaca buku ini. Anak- anak boleh memilih untuk membaca dua judul buku apapun yang mereka inginkan, setelah itu giliran satu judul buku yang dipilihkan kami orang tuanya untuk dibaca.
Dua buku yang mereka pilih, demikian pula yang kami pilih, tak selalu harus buku baru. Bisa (dan seringkali) buku itu buku- buku yang memang sudah ada di rumah. Walau adakalanya kami juga memenuhi permintaan anak- anak untuk membeli buku baru, atau di waktu yang lain, tanpa mereka mintapun, kami belikan mereka buku baru.
Berhasil baik-kah cara ini?
Ya. Berhasil dengan tingkat keberhasilan yang berbeda- beda, he he.
Pada si sulung putri kami, cara ini berhasil dengan output sangat baik. Pembiasaan membaca dengan perbandingan 2:1 kami mulai padanya saat dia duduk di kelas 3 SD dan hasilnya, pada saat putri kami itu lulus SD, selain buku anak- anak yang dipilihnya sendiri, dari tugas 'satu buku pilihan orang tua', dia sudah membaca banyak buku karya sastrawan terkenal Indonesia seperti Kuntowijoyo, YB Mangunwijaya, Pramoedya Ananta Toer, serta buku- buku klasik yang lebih tua lagi karya Sutan Takdir Alisjahbana dan para penulis seangkatannya.
Kelak di kemudian hari, setelah menguasai bahasa Inggris dengan baik, putri kami ini melebarkan rentang membacanya ke buku- buku berbahasa Inggris.
Kegemaran membaca ini terus terbawa hingga masa remaja dan sampai kini. Dia sudah kuliah sekarang dan aku perhatikan bahwa sebagian dari uang saku bulanan yang kami berikan padanya dia gunakan untuk membeli novel- novel yang dibacanya pada saat senggang.
Pada anak kedua.. si bocah lanang yang saat ini juga sudah menjadi mahasiswa, he he.. keberhasilannya tidak sebaik pada putri pertama kami.