Aku mengangguk dan melambaikan tangan padanya.
Kisah itulah yang kemudian kuceritakan pada anak- anak dan ibuku yang membuat mereka terbahak- bahak. Terutama saat kukatakan bahwa sekitar seperempat jam setelah itu, kulihat dari kejauhan temanku itu dan istrinya berjalan menuju pintu dimana anak- anak mahasiswa baru yang sedang daftar ulang itu akan keluar, tetap dengan sekotak besar tissue yang jelas tak berhasil diberikan pada anaknya tadi. Ha ha ha.
p.s.
Ini cerita ringan yang ditulis sebagai catatan untuk memaafkan diri sendiri atas sikap ajaib, berlebihan dan inkonsistensi pola asuh... ha ha ha... Oh, orang tua ( yang suka sok disiplin pada anak- anak demi mendidiknya ) kan juga manusia, punya hati, punya rasa ya? Ha ha ha...
( Dan.. aku teringat pada almarhum ayahku yang dulu saat aku remaja, jika aku protes saat ayahku menguatirkan aku untuk sesuatu yang menurutku " orang nggak apa- apa koq ", kalimat yang dikatakannya untuk menjawab protesku adalah, " Nanti, D, yang seperti ini baru akan dimengerti kalau D sendiri sudah punya anak... ". Ah, Bapak... ternyata Bapak betul, ya. Aku paham sepenuhnya kini tentang semua rasa itu... )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H