Di atas kertas, semua aman.
Hanya saja, ternyata dia lalu sakit sore di hari menjelang daftar ulang tersebut. Maka, pulang kantor aku berangkat ke kota dimana dia berada untuk menengoknya dan memastikan bahwa keesokan harinya dia bisa melakukan daftar ulang seperti yang disyaratkan. Sebab, gagal daftar ulang pagi itu, konsekwensinya adalah kelulusannya dalam seleksi masuk perguruan tinggi bisa digugurkan. Dan itu tentu saja bukan hal yang diinginkan.
Kembali pada putri sulungku, dia mengangguk mendengar pernyataanku bahwa dia sendiri tiga tahun yang lalu juga diantar ayahnya saat daftar ulang.
" Tapi bedanya, Bu, " kata si sulung, " Bapak cuma antar, aku didrop di tempat dan aku urus sendiri. Bapak nggak nungguin terus di depan gedung kayak ibu ini. "
Aku senyum- senyum saja.
Kuterima kritik jahil putriku itu. Kupahami apa yang sedang dikatakannya sebab dalam hati, aku juga sedang mentertawakan diri sendiri.
Ini inkonsistensi pola asuh, sebenarnya.
Anak- anak itu sejak kecil kuajari untuk mandiri. Untuk bertanggung jawab terhadap urusan mereka, terutama urusan sekolah.
Pada hari pertama mereka masuk SD, kuajarkan pada mereka bagaimana cara membaca jadwal pelajaran. Satu minggu pertama, aku yang memasukkan buku- buku dan perlengkapan sekolah mereka berdasarkan jadwal pelajaran, mereka kuminta melihat caranya. Satu minggu berikutnya, kuminta anak- anakku membereskan bukunya sendiri, di bawah pengawasanku. Pada minggu ketiga, sudah kulepas mereka membereskan buku- buku dan perlengkapan sekolah, termasuk segala tanggung jawab dan konsekwensi yang melekat di dalamnya.
Artinya, jika ada PR, mereka sudah harus mengerjakannya, dan memastikan bahwa setelah itu buku PR masuk dibawa di dalam tas. Begitu juga jika ada tugas atau perlengkapan lain. Jika ada yang ketinggalan, maka mereka harus menanggung konsekwensinya sendiri, apakah ditegur gurunya atau dikurangi nilainya.
Termasuk, kupesankan pada para asisten rumah tangga bahwa mereka tidak diijinkan membantu untuk membawakan atau mengurus tas sekolah anak- anak. Anak- anak harus membawa tasnya sendiri. Memasukkan dan mengeluarkan buku dan kotak- kotak bekal makanan dan minuman mereka sendiri. Kukatakan pada para asisten rumah tangga kami, aku tidak akan berterima kasih jika mereka membantu anak- anak urusan yang satu itu, sebab kuharapkan anak- anak melakukannya sendiri.