Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kenaikan Jabatan, Haruskah Disertai Perubahan Gaya Hidup?

27 Juli 2013   11:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:58 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dee senang sekali...

DIA baru saja bertemu dengan dua orang kawan baiknya. Kawan lama dari masa sekolah dulu.

Dengan Kinanti dan Kenanga, kedua kawan itu, hubungan memang tak pernah terputus. Secara berkala, mereka menyempatkan diri untuk saling bertemu dan berkabar berita.

" Ayo cerita... cerita... " begitu mereka saling bertemu, Kinanti berkata pada Kenanga, " Gimana kerjaan baru? Kantor baru? "

Kenanga tertawa.

" Aku senang, " kata Kenanga, " Banyak hal baru. Team-ku lebih besar dan volume pekerjaan meningkat kini, banyak tantangan, banyak hal yang aku harus pelajari. Tapi secara keseluruhan, semua terkendali, dan aku bahagia... "

Dee tersenyum.

Kenanga bahagia, itu yang terpenting.

Dee tahu bahwa posisi yang dipegang Kenanga saat ini bukan posisi dengan pekerjaan yang mudah. Kenanga mendapatkan promosi ketika dia memperoleh pekerjaan di kantor baru itu. Seperti yang dikatakannya sendiri, jenis pekerjaannya lebih kompleks, anggota team yang dibawahinya lebih banyak, volume pekerjaan banyak. Tanggung jawabnya jelas besar. Dan saat pindah kantor atau melakukan suatu pekerjaan baru, peluang dan kesempatan baru akan datang satu paket dengan resikonya.

Resiko bahwa keputusan yang diambil ternyata salah. Bahwa situasi di kantor baru ternyata tak sekondusif yang dibayangkan, birokrasi dan kultur perusahaan yang menghambat, sementara karena baru pindah, network belum terjalin kuat dan baru sedikit orang yang dikenal di kantor itu, dan ada banyak hal lain lagi diluar kendali yang bisa membuat rencana menjadi berantakan. Tapi rupanya semua itu, kalaupun ada, sejauh ini bisa diatasi dengan baik oleh Kenanga.

" Aku pikir- pikir, Kenanga itu, CV-nya branded, ya... " celetuk Kinanti.

Kenanga dan Dee tertawa mendengar apa yang dikatakan Kinanti.

" Ya kalau orang lain memilih menggunakan barang- barang bermerk, aku... biarlah CV-ku saja yang 'bermerk', " kata Kenanga.

Dee tersenyum lagi.

 

[caption id="attachment_269011" align="aligncenter" width="446" caption="Ilustrasi: kompasiana.com/rumahkayu"][/caption]

Apa yang dikatakan Kinanti itu benar. CV -- Curriculum Vitae -- Kenanga itu 'branded'. Kenanga selalu bekerja pada perusahaan terbaik dalam industri yang digelutinya. Perusahaan- perusahaan berkelas dunia yang selalu menjadi role model kemajuan dan penerapan management terbaik dari segi bisnis maupun perlakuan pada karyawannya. Perusahaan- perusahaan yang menjadi bahan survey untuk penerapan standar terbaik.

Kenanga memilih untuk membangun karir di tempat- tempat semacam itu, walau... -- ini bagian yang paling Dee sukai dari Kenanga. Yakni bahwa Kenanga tak pernah berubah. Dia tetap sederhana, sejauh apapun dia menaiki tangga karirnya, dia tak pernah berubah menjadi seseorang yang tampak glamour dan gemerlap.

Kartu namanya akan menunjukkan dengan jelas bahwa dia ada di jajaran eksekutif, di perusahaan berkelas dunia pula. Tapi penampilannya biasa- biasa saja.

Kenanga tidak lusuh, tentu saja. Tapi tak juga gemerlap. Dan dia tak pernah pula merasa bahwa karena posisinya dalam perusahaan cukup tinggi, maka dia harus pula makin meninggikan hak sepatunya. Apalagi mewajibkan diri memiliki sepatu ber-sol warna merah yang oleh sementara kalangan dimaknai sebagai tanda kelas sosial tertentu -- sebab sol merah dicikal bakali oleh sebuah merk sepatu yang mahaaalllllll sekali.

 

[caption id="attachment_269012" align="aligncenter" width="427" caption="Ilustrasi: kompasiana.com/rumahkayu"]

137490054155709976
137490054155709976
[/caption]

Kenanga tidak tampak 'murahan'. Tapi dia jelas sederhana. Dia memilih semua barang yang digunakannya agar tak tampak mencolok.

Ketika Dee memberikan pada Kenanga sebuah buku yang dibawakannya untuk oleh- oleh bagi putrinya yang duduk di TK dan Kenanga dengan senang hati membuka serta membolak- balik halaman buku itu, Dee bahkan masih menangkap satu kebiasaan unik yang saat itu jelas terlihat, yakni bahwa Kenanga menggunakan jam dengan posisi tali jam di pergelangan tangan luar dan bagian yang menunjukkan jam di pergelangan tangan bagian dalam. Itu kebiasaan yang sudah ada sejak sekolah dulu dan ternyata masih dia lakukan sekarang.

Ketika bahkan jam tangan kini sudah bukan lagi semata berfungsi sebagai penunjuk waktu tapi 'fashion statement', dan -- apalagi jika bukan -- gengsi dan prestise, Kenanga tak perduli semua itu.

Ketika hampir semua orang menggunakan jam dengan bagian yang menunjukkan jam, dan terutama merk, di bagian luar pergelangan tangan sehingga semua orang bisa melihatnya, baik model, merk ( dan kemudian perkiraan harganya ), Kenanga tak melakukan itu. Dia masih tetap menganggap jam fungsinya adalah petunjuk waktu, dan memilih posisi penggunaan jam tangan yang paling nyaman baginya tanpa harus memamerkan apapun pada dunia...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun