Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Uniknya Anak- anak: Bullying di Sekolah Bisa Merusak Potensi

9 Juni 2013   20:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:17 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13707855521835462865

Aku tak terlalu sepakat dengan cara guru kelas 1-nya mendidik. Tapi kami memang bukan orang tua yang sedikit- sedikit protes ke sekolah. Kami kuatkan hati anak kami. Juga tentang gangguan dari teman- temannya, kami upayakan diatasi.

Guru kelas 1 anak bungsuku berbeda dengan guru kelas 1 kedua kakaknya. Sebab guru kakaknya saat itu dirotasi untuk mengajar kelas 2 SD.

Kelak di kelas 2 si bungsu diajar juga olehnya. Guru baik di kelas 2 ini bisa sedikit meredam cedera hati yang rupanya terjadi ketika kelas 1. Tapi belum cukup untuk memulihkan dia yang ternyata menurut second opinion yang kami dapatkan, terhambat prestasinya sebab ada bullying terjadi di sekolah. Bukan semata oleh teman- temannya, tapi juga... gurunya.

Aku seperti menyaksikan sebuah film berputar di depanku, kembali pada saat dia duduk di kelas 1 SD.

Sungguh kusesali mengapa dalam rangka membuat si bungsu kuat menghadapi dunia, kami orang tuanya agak lalai menyadari bahwa jika itu berasal dari orang dewasa, apalagi yang memiliki otorisasi seperti guru kelas, maka bully terlalu berat untuk dihadapi seorang anak seusia itu dan bisa menjatuhkan mentalnya sampai ke dasar. Merusak potensi. Menghilangkan kebahagiaannya.

Kepala Sekolah yang arogan itu sama sekali tak perduli. Mengabaikan apa yang dinyatakan dalam laporan psikolog kedua itu.

Sebab kami bersikeras, kami diminta menghubungi seseorang yang konon 'ahli' yang oleh mereka dijadikan penasihat. Yang ternyata percuma. Sebab ada banyak kepentingan bermain disana.

Kami berniat menaikkan kasus itu ke yayasan yang menaungi sekolah tersebut. Atau jika perlu, mengadukan ke Diknas.

Tapi, kami berhati- hati mengambil tindakan. Karena si bungsu sendiri tanpa ragu mengatakan dia ingin pindah sekolah saja. Tak lagi memikirkan kelas akselerasi, yang diinginkannya semata pergi dari sekolah itu ke sekolah baru yang lebih menyenangkan hati.

Sementara itu, hari keberangkatan kami ke Tanah Suci makin mendekat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun