Terbiasa terbuka terhadap berbagai rasa, lidahku selalu siap mencoba dan mencicipi hal- hal baru.
Termasuk jika itu bertentangan dengan pendapat umum...
Seperti ketika suatu saat aku harus bepergian ke India untuk urusan pekerjaan.
Teman- temanku mengerenyitkan dahi. Mereka menceritakan tentang India yang menurut mereka jorok dan primitif. Juga, 'nanti susah cari makanan, ' komentar seorang kawan.
" Bawa banyak- banyak mie instan, " kata kawan yang lain, " Jadi kalau nggak bisa makan, paling sedikit punya mie... "
Kawan lain di kantor regional di Singapore menasihatkan padaku untuk selalu dan hanya membeli makanan di hotel tempat menginap nanti saja -- dengan asumsi bahwa makanan di hotel bintang lima tempatku menginap akan bersih -- sambil menambahkan ancaman sakit perut dan diare jika aku tak menuruti nasihatnya.
Dan... apa yang terjadi setibanya aku di sana?
Ha ha ha ha ha. Mie instan itu tak pernah kusentuh sama sekali, sebab aku bahkan bisa makan hampir semua makanan yang dijual di kantin dekat kantor di India sana.
Bukan hanya di kantin tapi pada suatu hari aku malah dengan senang hati mencicipi Pani Puri, jajanan kaki lima di Bangalore saat berjalan- jalan dengan seorang kawan penduduk lokal. Dan tidak sakit perut sama sekali sesudahnya. He he he...
***
Namun, sefleksibel- fleksibelnya aku, kejadian yang satu ini membuatku tercengang.