Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Toilet

21 Oktober 2012   03:51 Diperbarui: 16 Juli 2016   09:28 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1350791298989882811

Akhir minggu di rumah kayu…

DEE membalik- balik halaman sebuah majalah di teras rumah kayu. Rasanya dia begitu sibuk akhir- akhir ini sehingga bahkan tak sempat membaca. Ada beberapa majalah mingguan yang hanya sempat dilihatnya sekilas dan ditumpuk dengan niat akan dibacanya lagi.

Kuti duduk di sampingnya, membaca koran. Sementara itu Pradipta beserta kedua adik kembarnya keluar masuk tenda yang dipasang di halaman oleh Kuti tadi pagi.

Dee membalik- balik halaman majalah tersebut dan menemukan sebuah berita kecil tentang adanya komunitas di negara tetangga yang menjalankan kegiatan sosial dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kenyamanan toilet umum di negara tersebut. Dalam hal ini, mereka bekerja sama dengan banyak pihak, yakni pembuat kebijakan, arsitek, para designer, facility manager serta pembersih- pembersih toilet.

Mereka juga melakukan edukasi pada publik untuk meningkatkan pemahaman publik serta para pengguna toilet umum tentang kesehatan publik serta etika menggunakan toilet umum.

Pemimpin komunitas ini mengatakan bahwa etika memakai toilet akan sangat mencerminkan budaya masyarakat, menunjukkan seberapa berbudayanya mereka. Dia berpendapat bahwa masyarakat yang bermartabat adalah cerminan sebuah bangsa yang maju.

Dee tersenyum.

Toilet memang mencerminkan dengan amat sangat perilaku seseorang. Termasuk apakah dia perduli terhadap orang lain.

[caption id="attachment_212435" align="aligncenter" width="403" caption="Toilet Umum Yang Unik. Gambar: http://purpleslinky.com"][/caption]

Dee teringat pada cerita seorang kawan yang setengah mengomel bercerita padanya tentang toilet kantornya. Katanya, bukan sekali dua kali kawan ini berpapasan dengan seseorang di toilet kantor. Orang dengan baju rapi, dandanan kinclong, tapi… wow, dengan takjub sang kawan melihat bahwa orang yang tampaknya begitu perduli pada penampilan ternyata meninggalkan tempat duduk toilet yang baru saja digunakannya basah dengan cipratan- cipratan air tanpa mengeringkannya kembali dengan tissue.

Begitu juga dengan wastafel. Ditinggalkan begitu saja dengan air yang basah kemana- mana di sekitarnya.

Padahal, apa sih sulitnya mengeringkan kembali dudukan toilet dan wastafel yang baru saja digunakan itu. Apalagi di toilet kantor, dimana kita tahu bahwa pengguna toilet itu juga orang- orang yang kita kenal.

Memangnya siapa yang diharapkan mengeringkan dudukan toilet setelah kita menggunakan itu? Tentu tak pantas jika kita harapkan orang yang masuk ke dalam toilet setelah kita yang mengeringkannya, bukan?

Di kebanyakan kantor, petugas pembersih toilet tidak berjaga sepanjang hari di dalam toilet. Mereka akan datang beberapa kali dalam sehari. Dan diantara waktu- waktu tersebut, tentu para pengguna toiletlah yang diharapkan turut menjaga kebersihannya.

Dee tersenyum lagi mengingat cerita kawannya.

Ah memang, banyak orang yang lebih perduli untuk memoles penampilan tapi sama sekali tak berusaha memahami etika sederhana semacam meninggalkan toilet umum setelah dia gunakan dalam keadaan bersih.

Teringat cerita tentang toilet, Dee teringat kisah lain tentang toilet.

Toilet kadang- kadang bahkan berfungsi lebih dari sekedar tempat orang membuang air. Dia ingat beberapa tahun yang lalu pernah mengikuti sesi pelatihan dimana sang fasilitator, seorang ahli komunikasi, bercerita bahwa perusahaannya diminta memberikan jasa konsultasi di sebuah perusahaan besar.

Masalah yang terjadi dalam perusahaan ini adalah bahwa komunikasi atasan- bawahan tidak terjalin dengan baik. Apalagi antara para pegawai dengan direksi. Para direktur ini hampir- hampir tak pernah mendapatkan informasi dari lini bawah di perusahaan mereka. Bahkan pada kesempatan- kesempatan khusus dimana para pegawai diundang untuk berdiskusipun, tak ada informasi berarti yang disampaikan para pegawai. Seakan ada sekat diantara mereka.

Obervasi dilakukan. Dan solusi diberikan.

Solusinya tampak ‘out of the box’. Suatu saran yang di luar dugaan. Sesuatu yang tampak sederhana tapi rupanya tak sederhana.

Yaitu saran untuk meniadakan toilet eksekutif.

Di kantor itu, para eksekutif berjabatan tinggi memiliki toilet sendiri, terpisah dengan toilet para pegawai lain. Dan kantor konsultan komunikasi ini memberikan pemecahan masalah komunikasi yang terhambat dengan cara untuk menyatukan saja toilet seluruh pegawai dengan toilet para eksekutif, termasuk direktur.

Saran itu dijalankan.

Dan ternyata, hal tersebut bekerja dengan baik. Komunikasi mulai mengalir lancar di perusahaan tersebut setelah itu.

Dee percaya bahwa hal itu bisa terjadi. Secara logis dia bisa melihat bahwa dengan disatukannya toilet tersebut, maka secara natural pertemuan- pertemuan informal para pegawai dengan atasannya akan terjadi setiap hari.

Saat berpapasan di toilet, mereka akan bertegur sapa. Bertukar senyum, bertukar salam. Dan pecakapan- percakapan kecil akan dimulai. Rasa saling percaya terjalin dan setelah itu tembok pembatas akan runtuh. Tak ada lagi sekat menghambat, dan dengan demikian, komunikasi akan menjadi lancar.

Betapa uniknya bahwa suasana egaliter ternyata bisa mulai dibangun dari toilet...

***

“ Nda.. Papa… lihat ini… “ terdengar suara Nareswara memanggil.

Dee dan Kuti menoleh.

Si kembar sedang berjongkok memperhatikan sesuatu. Dee serta Kuti menghampiri mereka. Oh, belalang rupanya yang sedang diperhatikan anak- anak itu.

Dee dan Kuti lalu turut berjongkok di samping mereka. Dan sebentar kemudian, isi kepala Dee telah teralih dari urusan toilet menjadi topik tentang belalang, sebab kedua anak kembarnya mulai bertanya ini dan itu mengenai belalang yang mereka lihat kepada dia dan Kuti…

p.s. pernah lihat toilet yang baru saja dipakai oleh lelaki dan tutup dudukan toiletnya terbuka tapi tidak dikembalikan ke tempat semula? sumber kebiasaan yang menjengkelkan bagi banyak perempuan ini konon adalah karena para lelaki malas dan menganggap hal itu sepele dan bukan tugasnya -- nah lho ! :D

** Gambar: http://purpleslinky.com **

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun