Di kantor itu, para eksekutif berjabatan tinggi memiliki toilet sendiri, terpisah dengan toilet para pegawai lain. Dan kantor konsultan komunikasi ini memberikan pemecahan masalah komunikasi yang terhambat dengan cara untuk menyatukan saja toilet seluruh pegawai dengan toilet para eksekutif, termasuk direktur.
Saran itu dijalankan.
Dan ternyata, hal tersebut bekerja dengan baik. Komunikasi mulai mengalir lancar di perusahaan tersebut setelah itu.
Dee percaya bahwa hal itu bisa terjadi. Secara logis dia bisa melihat bahwa dengan disatukannya toilet tersebut, maka secara natural pertemuan- pertemuan informal para pegawai dengan atasannya akan terjadi setiap hari.
Saat berpapasan di toilet, mereka akan bertegur sapa. Bertukar senyum, bertukar salam. Dan pecakapan- percakapan kecil akan dimulai. Rasa saling percaya terjalin dan setelah itu tembok pembatas akan runtuh. Tak ada lagi sekat menghambat, dan dengan demikian, komunikasi akan menjadi lancar.
Betapa uniknya bahwa suasana egaliter ternyata bisa mulai dibangun dari toilet...
***
“ Nda.. Papa… lihat ini… “ terdengar suara Nareswara memanggil.
Dee dan Kuti menoleh.
Si kembar sedang berjongkok memperhatikan sesuatu. Dee serta Kuti menghampiri mereka. Oh, belalang rupanya yang sedang diperhatikan anak- anak itu.
Dee dan Kuti lalu turut berjongkok di samping mereka. Dan sebentar kemudian, isi kepala Dee telah teralih dari urusan toilet menjadi topik tentang belalang, sebab kedua anak kembarnya mulai bertanya ini dan itu mengenai belalang yang mereka lihat kepada dia dan Kuti…