Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jangan Ditiru: Adegan Berbahaya di Film 5 cm

5 Januari 2013   20:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:28 4116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_226164" align="aligncenter" width="440" caption="Film 5 cm. Gambar: log.viva.co.id"][/caption]

Tentang film 5 cm. Dan adegan berbahaya yang tak boleh ditiru...

Gambar- gambar muncul di layar di hadapan kami. Adegan- adegan dan percakapan mengalir sambung- menyambung.

Kami -- aku dan anak- anakku yang beranjak remaja -- sedang menonton film '5 cm' sore itu.

Film itu ringan, menghibur, dan gambar- gambarnya menarik. Beberapa adegan yang dibuat dengan gaya hiperbola cukup bisa mengundang tawa.

Kunikmati film itu tanpa terlalu banyak berpikir. Kunikmati gambar- gambar pemandangan yang indah di film tersebut.

Sampai suatu saat...

Upssss.

Aku terperanjat.

Kulirik anak- anakku. Pandangan mereka lurus menuju layar. Tampak sekali mereka menikmati film yang sedang kami tonton itu.

Kuperhatikan lagi layar yang menayangkan adegan itu.

Aduh, haruskah kusela keasyikan anak- anakku menonton film itu dengan ceramah tentang standar keselamatan saat menumpang kereta api, atau kutunda saja pembicaraan itu?

Tapi aku khawatir jika ditunda, maka pesan yang disampaikan tak lagi tajam sebab momen-nya sudah lewat. Jadi akhirnya kuputuskan untuk bicara.

" Jangan pernah lakukan hal semacam itu ya. Itu bahaya, " komentarku.

Anak- anakku menoleh dengan heran, tampak setengah tak paham apa yang sedang kubicarakan. Tentu saja. Siapa sih yang bersiap- siap membicarakan soal bahaya di atas kereta api saat menonton film semacam 5 cm itu?

Menyadari keheranan mereka, kutunjuk layar di depan kami. Adegan ketika Zafran ( yang diperankan Herjunot Ali ) sedang menunjukkan pemandangan indah pada Adinda ( Pevita Pearce ) yang selama ini ditaksirnya dalam perjalanan dengan kereta api menuju ke Malang.

Zafran tampak sangat gentle dan hangat pada keping adegan itu. Adinda juga seperti menikmati saat itu. Adegan yang sungguh manis, yang justru membuatku semakin khawatir serta merasa perlu memperingatkan anak- anakku saat itu juga untuk tidak melakukan hal yang sama.

Adegan manis itu menjadi 'bermasalah' di mataku sebab cara Zafran menunjukkan pemandangan indah pada Adinda itu adalah dengan berdiri di pintu kereta lalu bersama- sama mereka berdua menjulurkan badan, setengah bergelantungan keluar gerbong kereta saat kereta itu melaju cepat.

Wow!

Anak- anakku memperhatikan lagi layar saat kujelaskan apa keberatanku terhadap adegan itu: mengeluarkan anggota badan keluar kereta dan bergelantungan semacam itu di atas kereta yang sedang berjalan kencang jelas melanggar standar keselamatan.

Oh itu.

Kekhawatiran serius-ku ditanggapi dengan ringan oleh anak- anak. Mereka mengangguk saat kuingatkan jangan pernah melakukan hal tersebut.

Hmm, baiklah, pikirku. Nanti saja setelah film ini usai akan kuulangi pesanku pada mereka.

Namun aku memutuskan untuk mempercepat pemberian peringatan ulangan ketika salah seorang anakku dengan iseng berkomentar, " Tapi di layar nggak ada tulisan "don't try this at home" , tuh, " katanya jahil. Komentar yang dengan segera disambut anakku yang lain dengan senyum.

Haduuhhhh, dasar, pikirku. Walau juga tersenyum, tapi alarm-ku berbunyi mendengar komentar semacam itu.

Kutegaskan kembali pesanku dengan berkata pada mereka, " Eh, ibu serius lhooo. Yang tadi itu bahaya sekali. J-a-n-g-a-n pernah melakukan hal semacam itu. Never ever. Itu b-a-h-a-y-a. Ya ?!!! "

Senyum mereka makin melebar. Dan dengan mata berkilat penuh tawa, anak- anakku menjawab, " OK Bu, OK.. Iyaaa... "

Tak bisa lain, mau tak mau aku harus juga turut tersenyum melihat mereka begitu sambil berharap dalam hati, semoga walau mereka tersenyum lebar semacam itu, pesanku tadi akan terekam dalam memory mereka.

Menyeimbangkan antara aturan- aturan dan standar dengan memberikan ruang yang cukup bagi anak- anak serta para remaja untuk bereksplorasi kadangkala tak sesederhana itu. Berlebihan, tentu tak baik akibatnya. Jika terlalu longgar, akibatnya mereka jadi tak punya panduan dan standar yang jelas.

Ah, tak mudah memang menjadi orang tua.

***

Terus terang saja, sebetulnya aku sendiri tersenyum dalam hati ketika itu.

Ada banyak hal yang membuat aku tersenyum begitu. Yang pertama, sebetulnya sebab jelas itu bukan waktu yang tepat untuk bicara tentang standar keselamatan naik kereta, saat menonton film 5 cm itu. Merusak kesenangan anak- anak saja aku ini. Ha ha ha.

Dan alasan yang kedua...

Yang kedua...

Oh, tentu tak akan kulupakan apa yang biasa kulakukan dulu. Duluuuuu sekali. Ketika aku senang sekali duduk di tangga di muka pintu kereta yang terbuka saat kereta melaju dengan cepat.

Iya, benar. Aku sendiri menyimpan cerita tentang kenakalan- kenakalan semacam itu.

Setelah lulus kuliah dulu, aku bekerja di kota lain. Kota yang berbeda dengan kota kelahiran dimana orang tuaku tinggal. Seminggu sekali aku pulang ke kota kelahiran.

Seringkali jika tak memesan terlebih dahulu, aku tak bisa mendapatkan bangku kereta api. Tidak masalah. Dalam kondisi begitu, kubeli saja karcis tanpa nomor tempat duduk, lalu duduk di tangga di ujung gerbong kereta menghadap pintu yang sengaja kubuka lalu selama berjam- jam menikmati pemandangan yang tampak sepanjang perjalanan serta membiarkan angin dingin membelai mukaku.

Jelas bukan sesuatu yang dapat dibenarkan oleh standar keamanan bagi penumpang kereta api. Ha ha.

Tapiii -- aku membela diri sendiri -- aku kan tak pernah menjulurkan separuh badan keluar gerbong seperti yang ditunjukkan dalam adegan yang tadi itu, pikirku. Jadi tetap wajar, kan, jika aku memperingatkan anak- anakku untuk tidak meniru adegan yang tampak di layar tadi.

Menurut pendapatku, terlalu berbahaya untuk membiarkan anak- anak menonton adegan semacam itu tanpa memberikan peringatan pada mereka...

***

Dan oh, lalu bagaimana dengan urusan rumit lain tentang pertanyaan anakku apakah aku akan mengijinkannya berenang dengan banyak ikan hiu beredar di dekatnya itu?

Mmm... sebab tulisan ini sudah cukup panjang, bagian tentang hiu itu akan kutulis dalam tulisanku berikutnya saja ya...

** Tulisan sebelumnya: Dilema Para Orang Tua **

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun