Dan alasan yang kedua...
Yang kedua...
Oh, tentu tak akan kulupakan apa yang biasa kulakukan dulu. Duluuuuu sekali. Ketika aku senang sekali duduk di tangga di muka pintu kereta yang terbuka saat kereta melaju dengan cepat.
Iya, benar. Aku sendiri menyimpan cerita tentang kenakalan- kenakalan semacam itu.
Setelah lulus kuliah dulu, aku bekerja di kota lain. Kota yang berbeda dengan kota kelahiran dimana orang tuaku tinggal. Seminggu sekali aku pulang ke kota kelahiran.
Seringkali jika tak memesan terlebih dahulu, aku tak bisa mendapatkan bangku kereta api. Tidak masalah. Dalam kondisi begitu, kubeli saja karcis tanpa nomor tempat duduk, lalu duduk di tangga di ujung gerbong kereta menghadap pintu yang sengaja kubuka lalu selama berjam- jam menikmati pemandangan yang tampak sepanjang perjalanan serta membiarkan angin dingin membelai mukaku.
Jelas bukan sesuatu yang dapat dibenarkan oleh standar keamanan bagi penumpang kereta api. Ha ha.
Tapiii -- aku membela diri sendiri -- aku kan tak pernah menjulurkan separuh badan keluar gerbong seperti yang ditunjukkan dalam adegan yang tadi itu, pikirku. Jadi tetap wajar, kan, jika aku memperingatkan anak- anakku untuk tidak meniru adegan yang tampak di layar tadi.
Menurut pendapatku, terlalu berbahaya untuk membiarkan anak- anak menonton adegan semacam itu tanpa memberikan peringatan pada mereka...
***
Dan oh, lalu bagaimana dengan urusan rumit lain tentang pertanyaan anakku apakah aku akan mengijinkannya berenang dengan banyak ikan hiu beredar di dekatnya itu?