Keputusan tak segera diberikan. Orang tuaku mengatakan padaku bahwa mereka akan memikirkan dulu tentang hal itu.
Aku mendesak dengan mengatakan bahwa semua teman sekelas akan pergi ke acara tersebut, dan aku tentu saja tak ingin menjadi satu- satunya anak yang tak bergabung.
Orang tuaku tetap mengatakan bahwa hal itu perlu dipikirkan dulu, tak bisa langsung diputuskan saat itu.
Baru kini setelah aku dewasa dan menjadi orang tua kupahami mengapa orang tuaku bersikap seperti itu. Sebab semua pertanyaan tentang 'standar keamanan' sebetulnya tak terjawab.
Tak ada orang tua atau guru yang menyertai. Dan villa itu villa sewaan, bukan milik orang tua salah seorang dari kami di kelas itu -- entah siapa pemiliknya. Belum lagi saat ditanya bagaimana persisnya acaranya di malam hari dan bagaimana pengaturan tidur serta kamarnya nanti, tak ada jawaban jelas yang meyakinkan yang bisa kuberikan pada orang tuaku.
Ha ha ha.
Usiaku enam belas tahun ketika itu. Tak dapat kulihat ‘potensi bahaya’ dari situasi itu. Tapi pastilah tidak begitu yang ada di benak orang tuaku.
Lalu, keputusan dibuat. Aku diijinkan pergi bersama kawan- kawanku tapi tidak boleh menginap di villa tersebut.
Ayahku berkata bahwa pada hari yang sama itu ayah ibuku akan juga berangkat ke Puncak dan menginap di hotel yang lokasinya tak jauh dari tempat acara kelasku itu.
Aku boleh berangkat bersama kawan- kawanku tetapi akan dijemput pada jam 10 malam untuk bergabung dan menginap di hotel bersama orang tua dan adik- adikku . Aku bisa kembali ke tempat dimana kawan- kawanku berada di dipagi hari dan boleh pulang ke kota kami pada siang harinya bersama mereka.
Aduh. Tentu saja aku tak setuju.