Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Ketika Sang Remaja Siap Terbang Meraih Cita ( dan Galaunya Hati Orang Tua )

11 Juni 2012   03:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:08 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cintya akan berangkat ke luar kota sebab hari untuk pendaftaran ulang akan segera tiba bagi para lulusan SMA yang telah diterima di jalur undangan. Dan Dee sungguh memahami bahwa dibalik kegembiraan dan kebahagiaan sebab Cintya telah diterima di fakultas teknik seperti yang diidamkan, di sebuah perguruan tinggi yang juga diimpikannya, ada rasa berat di hati sang ibu untuk melepas putrinya pergi.

Cintya dididik untuk mandiri sejak kecil. Orang tuanya mengajarkan dia untuk menyiapkan peralatan sekolahnya sendiri sejak sangat dini. Juga mendisiplinkan dia untuk bertanggung jawab atas segala keperluan sekolah, menyiapkan dan memeriksa apa yang dibutuhkannya sendiri.

Dengan didikan semacam itu bahkan saat duduk di bangku- bangku awal Sekolah Dasarpun Cintya sudah bisa melakukannya dengan baik. Prameswari hampir tak pernah mesti memeriksa lagi hal- hal semacam itu sebab Cintya sudah bisa mengurusnya sendiri. Jadi sungguh lucu sebenarnya melihat Prameswari kini memeriksa kembali dokumen yang telah disiapkan Cintya untuk pendaftaran, di saat dia justru telah tumbuh menjadi remaja mandiri dan ajeg seperti ini.

Tapi Dee sungguh memaklumi itu.

Begitulah memang seorang ibu. Diinginkannya semua yang terbaik bagi anaknya. Diajarkannya hal- hal yang membuat sang anak siap menghadapi dunia. Tapi jauh di dalam hatinya, dia sangat ingin terus bisa mendekap anak itu. Jadi ketika anak hasil didikannya sendiri itu dengan riang gembira siap keluar rumah untuk menghadapi dunia, sang ibu justru bergulat dengan perasaannya sendiri. Antara, tentu saja, memahami dan menghadapi realita bahwa justru inilah saat memetik buah dari apa yang telah dirawat dan diupayakan selama ini dengan beragam keharuan dan rasa ‘tak rela’ dalam hati melihat sang buah hati akan berada jauh dari dirinya.

***

“ Kak, baju- bajunya sudah dipilihi kan? “

“ Sudah, ibu… “

“ Jangan lupa handuk, kak. Ambil saja handuk baru warna coklat di lemari. Ambil sekalian handuk besar dan kecilnya, kalau- kalau nanti perlu.”

“ Ya. “

“ Pakai saja koper yang merah untuk bawa baju nanti. “

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun