Bagiku, tak mungkin melakukan itu. Terutama karena dengan berjalannya waktu, daftar panjang para sahabat yang berasal dari tempat- tempat yang jauh semakin bertambah panjang.
Dan agak sulit menggambarkan dengan kata- kata tapi aku bisa merasakan kedekatan hati dengan orang- orang itu.
Walau kami sangat jarang dapat melakukan pertemuan secara fisik.
Aku memiliki seorang kawan berkebangsaan India yang selalu memperkenalkan aku pada semua orang sebagai "my sis". Dan itu bahkan dilakukannya pada calon istrinya. Aku tahu itu sebab suatu hari ketika aku berkesempatan mengunjungi Delhi, aku bertemu dengan calon istrinya dan dia bercerita bagaimana kawanku itu sering menceritakan tentang aku dan dari ceritanya aku tahu bahwa kawanku itu tetap menyebutku sebagai "my sis" ketika bercerita pada calon istrinya yang juga berkebangsaan India itu.
Ada beberapa kawan lain di beberapa negara yang juga bersikap serupa itu padaku.
Tentu, bukan hanya kawan yang berbeda bangsa. Ada banyak kawan sebangsa yang sering menyebutku sebagai "adikku", atau "mbak-ku", atau sebutan lain yang menunjukkan rasa persaudaraan semacam itu ketika memperkenalkan aku pada orang lain, padahal kami sama sekali tak memiliki hubungan darah.
Dan sungguh, bagiku, semua itu kuterima sebagai penghargaan luar biasa. Cerminan rasa sayang yang sangat menghangatkan hati...
***
Kembali pada ilustrasi tentang orang berkulit hitam di awal cerita, kita semua tentu telah sering mendengar cerita mengerikan mengenai orang- orang berkulit hitam.
Padahal, inilah yang pernah kualami...
Aku pernah menerima kebaikan hati seorang supir taxi berkulit hitam.