Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Perempuan Bepergian Sendiri di Negeri Arab

8 April 2012   13:03 Diperbarui: 24 Agustus 2015   23:47 1449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13338892351699922670

Tentang perempuan, dan negeri Arab...

SUNGGUH, jika ada tempat terakhir dimana aku akan melakukan sesuatu yang agak ‘bandel’ atau ingin berpetualang sedikit, maka Tanah Suci adalah tempat terakhir yang akan kupilih untuk melakukan hal tersebut.

Tak terbersit dalam pikiranku sama sekali untuk melanggar berbagai tips untuk tidak bepergian sendiri bagi perempuan disana.

Tapi...

Terjadi juga hal itu.

Aku berjalan sendiri saat berada di Tanah Suci untuk menjalankan ibadah umrah.

Bukan sekali, tapi berkali- kali.

Bukan hanya di siang hari, tapi bahkan pernah kulakukan itu lewat tengah malam !

[caption id="attachment_173468" align="aligncenter" width="374" caption="Masjid Nabawi. Sumber gambar: www.turntoislam.com"][/caption]

 

 

Mengapa aku sampai berjalan sendiri lewat tengah malam itu, ini ceritanya...

Sehari setelah aku mengunjungi Raudhah ( area di antara rumah dengan mimbar Nabi Muhammad di Masjid Nabawi, Madinah ) untuk pertama kali,  kuingin kembali pergi ke sana.

Lalu aku bersepakat dengan putriku untuk berdua ke Raudhah seusai shalat Isya.

Petang itu, seusai shalat maghrib, kami tak kembali ke penginapan. Kami tetap berada di masjid sampai shalat Isya. Pada suami dan kedua anak lelakiku yang lain, telah kukatakan untuk tidak menunggu kami di titik pertemuan di dekat gerbang pelataran masjid Nabawi dimana kami biasa bertemu seusai shalat untuk bersama- sama kembali ke penginapan. Kukatakan bahwa aku dan putriku ingin kembali masuk ke Raudhah malam itu.

Seperti yang pernah kutuliskan sebelumnya, waktu bagi jamaah putri masuk ke Raudhah sangat terbatas, berbeda dengan jamaah laki- laki yang dapat masuk ke sana setiap saat.

Rencana ternyata harus berubah mendadak. Putriku terserang kantuk berat dan seusai shalat Isya mengatakan padaku bahwa dia ingin pulang ke penginapan.

Wah, padahal kami tak membawa telepon genggam saat itu, tak dapat kuhubungi suamiku. Pemeriksaan di Masjid Nabawi, terutama untuk jamaah putri, sangat ketat. Telepon genggam berkamera termasuk barang yang tak diijinkan untuk dibawa masuk ke dalam masjid. Bagi jamaah lelaki, peraturan ini tak terlalu mengikat.

Kutanyakan pada putriku, apakah dia berani pulang sendiri. Dengan mantap dia mengangguk.

Lewat dari jam 9 malam saat itu.

Aku sebetulnya agak berat melepaskan dia pulang sendiri ke penginapan. Tapi melihat dia sendiri tak tampak ragu, dan mengingat bahwa segera seusai shalat Isya para jamaah perempuan yang ingin masuk ke Raudhah sudah segera harus berkumpul di tempat yang ditentukan dan terbatasnya pintu bagian putri terbuka untuk masuk ke sana, serta pertimbangan bahwa akan banyak jamaah yang berjalan ke arah yang sama dengan putriku saat pulang ke penginapan (artinya situasi masih cukup ramai ), kuputuskan untuk membiarkan putriku pulang sendiri. Kupesankan padanya untuk menyampaikan pada suamiku bahwa aku masih berada di masjid, meneruskan niat untuk kembali masuk ke Raudhah.

Antian malam itu ternyata panjang sekali. Kami menunggu sangat lama untuk masuk ke Raudhah. Berbeda dengan saat kami masuk  Raudhah pertama kali di pagi hari sebelumnya dimana para jamaah tampak cukup sabar menunggu, kali kedua kusambangi Raudhah itu kudapati beberapa jamaah yang sedang menanti giliran masuk marah- marah pada askar (polisi) perempuan yang menjaga. Mereka menunjuk- nunjuk para wanita Arab yang bisa masuk langsung begitu saja ke bagian yang lebih dekat dengan Raudhah sementara rombongan Melayu diantrikan belakangan.

Aku sendiri memutuskan untuk tidak protes atau mempertanyakan apapun. Sebisanya aku melapangkan hati saja.

Pendek kata, akhirnya kami berhasil masuk ke Raudhah, dan saat kulangkahkan kaki keluar dari sana, kusadari bahwa tengah malam sudah terlewati. Jamku menunjukkan waktu menjelang pukul satu pagi.

Mesjid sedang dibersihkan waktu itu.  Kusadari kemudian bahwa saat berjalan keluar bagian Raudhah, sebagian tempat yang sedang dibersihkan dikurung dengan kain sehingga tak dapat dilewati. Aduh, padahal, sandalku  tadi kutaruh di rak sepatu di bagian yang kini tertutup itu. Kuhampiri tempat itu, tapi petugas disana mengatakan bahwa semua sandal telah dipindahkan ke salah satu rak di dekat pintu masuk tertentu. Dia lalu menyebutkan nomor pintunya

Kucari pintu dengan nomor tersebut. Lumayan membutuhkan banyak waktu untuk menemukan pintu itu, sebab masjid Nawawi adalah masjid yang sangat besar. Tapi untunglah, pintu itu dapat kutemukan. Juga sandalku.

Begitu kutemukan sandal itu, aku bergegas keluar dari pintu itu,  turun ke pelataran masjid.

Dan aku terkesiap...

Pelataran yang biasa ramai dengan orang itu ternyata sepi sekali saat lewat tengah malam begitu. Hampir tak ada orang lalu lalang. Ada satu dua orang melintas, tapi... semua lelaki.

Tak kulihat seorang perempuanpun.

Waduh, gawat, pikirku. Bagaimana ini...

Tapi, tak ada pilihan lain. Aku harus pulang ke penginapan. Dengan tak adanya telepon genggam, tak ada cara untuk meminta seseorang menjemputku ke masjid. Jadi, aku harus pulang sendiri.

Kupandangi sekitarku. Kupastikan dulu arah mana yang harus kutempuh, baru kulangkahkan kakiku.

Udara cukup dingin malam itu. Dengan sudut mata aku bisa melihat apa yang terjadi di sekelilingku. Toko- toko telah tutup. Pedagang kaki limapun tak ada lagi. Sepi sekali. Ada satu dua orang yang kuduga penduduk lokal kutemui di jalan.

Kulangkahkan kaki sambil dalam hati terus berdoa memohon keselamatan.

Akhirnya, tiba juga aku di penginapan. Bergegas aku menuju lift dan naik ke lantai 9 dimana kamar kami berada, lalu begitu tiba di depan pintu kamar, kutekan bel.

Pintu terbuka nyaris pada saat yang sama. Suamiku berdiri di depan pintu, berpakaian lengkap dan jelas tampak siap hendak pergi keluar.

Dia tampak sangat lega melihatku datang.

Dan... hal yang tak terduga terjadi.  Segera setelah aku masuk kamar,  hal pertama yang dilakukan suamiku adalah bergegas menelepon adikku yang berada di kamar lain. Mengabarkan bahwa aku sudah datang dan... tak lagi perlu dicari.

Eh... dicari???!!!

Oh. Ya ampun. Aku menatap suamiku. Jadi rupanya itu sebabnya dia berpakaian lengkap saat itu. Panik sebab aku tak juga pulang jauh melewati waktu yang diperkirakannya, dia menghubungi adikku serta istrinya, meminta mereka untuk bersama- sama dengannya mencariku di masjid Nabawi.

He he he, walau aku setengah ingin tertawa sebab sebetulnya suamiku toh tahu bahwa aku sering ‘berkeliaran’ sendiri di tempat- tempat asing dan tampaknya selama ini dia tenang- tenang saja, setengah lagi yang kurasakan adalah senaaanggggggg sekali. Ha ha ha. Sungguh, senang sekali lho, sekali- sekali dikuatirkan dan (sampai hendak) dicari oleh suami seperti itu, he he he he he ...

p.s:

Para Kompasioner yang berdomisili di negeri- negeri Arab, kalau boleh, bisakah aku mendapatkan informasi, sebetulnya seberapa 'berbahaya'-nya perempuan untuk berjalan sendiri disana? Apa betul sebaiknya dihindari seperti  yang biasa kita dengar disini atau tidak? Bagaimana sebetulnya yang sehari- hari dilihat disana? ( Kesanku sendiri saat itu sebetulnya tidak se-'parah' berita- berita itu, situasinya masih cukup ramah untuk perempuan --  betulkah kesanku itu? Atau salah?  )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun