[caption id="attachment_371308" align="aligncenter" width="616" caption="Bus- bus berderet mengantar dan menjemput jamaah haji dari berbagai negara. Dok. pribadi"]
![1425383002594271956](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1425383002594271956.jpg?t=o&v=700?t=o&v=555)
Dan mengenai supir bus dari Indonesia inilah ada cerita.
Selama perjalanan menuju ke pondokannya di dalam bus yang cukup nyaman itu, adik iparku bercerita bahwa pada suatu hari supir bus yang dia tumpangi pernah menegur jamaah haji, para penumpang bus itu.
" Kenapa? " tanya kami.
" Penumpangnya tak sabar, " kata adik iparku, " Menggedor- gedor pintu bus minta dibuka. "
[caption id="attachment_371256" align="aligncenter" width="622" caption="Toko Indonesia yang terletak di sekitar pondokan haji. Dok. pribadi"]
![14253593501516384532](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14253593501516384532.jpg?t=o&v=700?t=o&v=555)
Rute bus itu berkeliling ke beberapa titik dimana pondokan jamaah haji Indonesia berada. Dan selama perjalanan, pintu bus memang tertutup. Maka jika hendak turun di pondokan, atau hendak naik ke bus saat bus melintas di depan pondokan, para jamaah harus menanti hingga supir bus membukakan pintu.
Dan banyak jamaah yang tak sabar, rupanya. Ketika pintu belum terbuka, mereka menggedor- gedor pintu agar supir segera membukanya.
Suatu hari, salah seorang supir gusar. Dia mengatakan pada jamaah untuk sabar, tak menggedor- gedor pintu. Sebab katanya, " Kalau bus ini rusak, gaji saya nggak dibayar. "
Konon, ada pasal di dalam kontrak kerjanya yang mengatakan bahwa dia harus tetap menjaga agar kondisi bus tetap baik. Dan jika ada kerusakan, itu menjadi tanggung jawabnya. Entah memang dia tak dibayar sama sekali, atau gajinya dipotong sejumlah tertentu untuk memperbaiki kerusakan, entahlah. Tapi jelas ada konsekwensi yang ditanggung oleh supir itu yang disampaikannya dalam kalimat "gaji nggak dibayar" jika ada kerusakan bus yang dikendarainya itu,
Maka aku pahami, mengapa dia gusar.