Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Segala Ada di KRL: Dari Bau Badan, Lagu Dangdut, Permen Karet, Keberisikan dan... Kegenitan (?)

18 Maret 2014   04:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:49 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13950677921448351710

Adhawwww.. bau badan itu menusuk- nusuk hidung.

SUMBERNYA jelas. Bapak yang duduk di sebelahku di KRL. Duh, terbayang kan, sepanjang perjalanan harus menghirup bau semacam itu?

Kucoba 'menyelamatkan diri', dengan menyemprotkan body spray ke tangan, tengkuk dan pakaianku. Maksudnya, agar jika ada semilir- semilir angin, wangi segar dari body spray yang aku semprotkan itulah yang akan tercium, dan bukan bau badan dari Bapak- bapak yang duduk di sebelahku.

Tak bisa mengeluh, memang. KRL ini milik umum. Siapapun bisa naik. Wangi atau tidak wangi. Sudah mandi maupun belum. Jadi, aha ha..siap- siap sajalah kalau sedang bernasib seperti aku hari ini, yang duduk disamping seseorang yang.. -- ah, Bapak itu tampak bersih, tapi bau badannya itu lhooo.. menghambur kemana- mana...

Entahlah, mungkin dia sendiri tak menyadari hal itu. Sedari tadi dia terkantuk- kantuk. Aku, tentu saja tak tega untuk mengatakan hal tersebut padanya. He he.

***

[caption id="attachment_316017" align="aligncenter" width="397" caption="Gambar: www.thefunnyblog.org"][/caption]

Naik KRL, memang banyak ceritanya.

Ada banyak kisah, tentang persahabatan dan juga pertengkaran antar penumpang.

Para penumpang yang sering bertemu di kereta, sering akhirnya saling mengenal, dan lalu bersahabat sampai saling berkunjung ke rumah masing- masing dengan keluarga.

Tapi sebaliknya, yang tak kenalpun bisa berantem. Seperti yang kusaksikan pagi ini.

Hari Senin pagi, kereta selalu penuh. Beberapa perempuan hendak masuk gerbong kereta ketika seorang lelaki menyeruak keluar gerbong dan seperti sengaja tangannya menyenggol bagian dada beberapa penumpang perempuan.

Sikap yang serta merta disambut dengan omelan panjang lebar dari para perempuan itu.

Belum hilang omelan itu dari telinga, kereta masuk ke sebuah setasiun dimana kali ini, beberapa penumpang perempuan hendak turun, dan terdorong terbentur- bentur oleh penumpang lelaki yang menyerbu masuk gerbong, hendak berebut tempat duduk.

Penumpang perempuan itu tak terima dan memaki dengan suara keras pada para lelaki itu.

Duh !

KRL sekarang memang jauh dari nyaman.

Keputusan PT. KAI untuk hanya mengoperasikan satu jenis KRL membuat penumpang tak punya pilihan. Tak bisa memilih yang lebih nyaman dari apa yang ada. Tidak seperti dulu ketika masih ada tiga jenis perjalanan kereta dimana penumpang bisa memilih sesuai kebutuhan dan kemampuannya, baik dari waktu tempuh hingga tarifnya.

Maka memang, mau tak mau, beragam kebutuhan dan kebiasaan yang berbeda, kekesalan, kelelahan, rasa frustrasi yang menumpuk itu menjadi sumber gesekan antar penumpang.

Selain apa yang sudah kuceritakan di atas, masih ada lagi hal yang sering bisa ditemukan di dalam gerbong KRL, yakni adalah adanya sekelompok orang yang biasa mengobrol dengan suara keras, nyaris berteriak.

Pertama kali kulihat hal seperti itu, aku kaget sekali. Seseorang berteriak, kukira hendak bicara dengan orang lain yang ada di ujung gerbong terjauh. Eh, rupanya tidak. Orang yang diajak bicara, jaraknya hanya satu meter dari tempatnya berdiri.

Entah kenapa dia harus berteriak.

Ada lagi, segerombol orang- orang yang senang mengobrol sepanjang perjalanan, juga dengan suara keras. Berisik sekali. Belum lagi yang memiliki kebiasaan makan permen karet lalu dibuat balon dan dipecahkan. Peletak peletok sepanjang perjalanan.

Gerombolan lain -- percaya atau tidak -- suka memasang lagu dangdut keras- keras di telepon genggam mereka !

Hadeuh.

Tapi dari semua itu, yang paling bikin sepet mata adalah ada beberapa perempuan yang biasa bergabung dalam kelompok- kelompok itu yang membiarkan anggota tubuhnya dipegang- pegang oleh para kawannya yang lelaki.

Mereka tidak single, lho. Dari percakapan mereka, jelas dapat ditangkap bahwa mereka itu para perempuan dan lelaki yang sudah menikah. Lalu kenapa mesti pegang- pegang ( atau bersedia dipegang- pegang ) orang lain setiap hari, aku juga tak bisa memahami.

Bagaimana baju mereka? Seronok-kah? Oh, tidak. Baju mereka rapat dari ujung kepala sampai ujung kaki, tapi begitulah.. Lihatnya risih sekali.

Namun, seperti yang kukatakan sebelumnya, tak ada pilihan. Hanya ada satu jenis KRL tang beroperasi di Jabodetabek saat ini.

Maka, apa boleh buat.. ditelan sajalah semua itu. Terpaksa agak tutup mata, tutup telinga. Sambil menunggu, siapa tahu nanti kalau Jokowi menjadi presiden, salah satu programnya adalah membenahi transportasi umum, termasuk KRL. He he.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun