Aku masih tercengang, bertanya tak paham, ” Dan… ? “
Anakku, setengah tertawa menjawab, ” Ya pokoknya, aku berprestasi, ibuuuu… “
Begitulah.
Kusaksikan pembagian ijazah, juga piagam siswa berprestasi, dan slide di layar di belakang panggung bertuliskan namanya serta keterangan bahwa dia telah diterima di perguruan tinggi melalui jalur undangan.
Sekolahnya bangga akan itu. Aku lebih bangga lagi.
***
Membesarkan anak, memang gampang- gampang susah. Sebab tidak ada sekolahnya. Maka seringkali, trial and error-lah yang terjadi.
Sebisanya dalam hal ini, aku mengikuti gaya anakku saja. Memahami bahwa tiap anak, memiliki gaya yang berbeda- beda.
Seperti misalnya saat dia kelas dua SD, anak sulungku ini mengatakan bahwa dia ingin belajar sendiri saja, tidak perlu lagi belajar ditemani ibu atau bapak. Aku dan ayahnya saling berpandangan, lalu tanpa kata saling memberi kode kesepakatan yang lalu disampaikan pada anakku itu.
" Oke, boleh. Tapi mesti tanggung jawab ya. Bapak dan ibu juga akan tetap lihat dulu hasil- hasil ulanganmu dan nilai raport. Kalau tetap bagus, boleh terus belajar sendiri, kalau kurang bagus, mesti ditemani lagi. "