KRL itu padahal, kalau pagi, penumpangnya mayoritas adalah para pekerja. Jadi jika keterlambatan KRL sering terjadi, dampak langsungnya adalah pada produktivitas. Atau, pada kantong.
Pada kantong?
Iya.
Sebab sebagian penumpang KRL rupanya menerima tunjangan harian berupa uang transport dan uang makan yang hanya berhak diterimanya jika dia datang tepat waktu.
Begitu terlambat, walau hanya beberapa menit saja, tunjangan itu hilang.
Aku sendiri, kantorku tidak menerapkan absen yang ketat. Prinsip yang dianut adalah tiap orang bertanggung jawab pada pekerjaannya sendiri. Hendak dikerjakan kapan, atau dimana, ada fleksibilitas dalam hal itu.
Juga, tidak ada tunjangan harian yang berhubungan dengan jam kedatangan. Tapi, tentu saja keterlambatan KRL tetap menyebalkan sebab membuat jadwal kerja yang telah kususun berantakan.
Nah dalam situasi seperti ini, aku bersyukur pada kemajuan teknologi.
Dengan bantuan teknologi, kualitas layanan KRL yang 'ya ampun' semacam itu masih bisa kuatasi.
***
Aku bekerja pada suatu organisasi dimana atasan langsungku secara fisik ada di negara lain. Begitu juga dengan orang- orang di level di atasnya.