JB benar- benar tercederai secara fisik dan mental di sekolah itu. Sudahlah kecewa karena tak bisa masuk kelas akselerasi dan sekolah mengabaikan saja janjinya lepas dari semua usaha yang telah dia lakukan, kemudian setelah itu dia dianiaya secara fisik pula.
Apakah saat kejadian itu sekolahnya menganggapi dengan baik?
Tidak.
Pihak sekolah dan yayasan berusaha menutupi kejadian tersebut.
Itu semua lalu menjadi awal tahun- tahun sulit dan traumatis bagi si kecil JB. Trauma yang terbawa hingga masa remaja dan ketika dia bersekolah di sekolah lanjutan.
JIS bukan sekolah pertama yang melepaskan diri dari kewajiban melindungi murid. Diluar yang kita tahu sebab luput dari pemberitaan, sebetulnya memang banyak sekolah terkenal yang lebih mementingkan membungkus diri demi reputasi (semu) daripada melindungi murid didiknya. Kita para orang tua, sungguh harus waspada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H