Ke kampus?
Aku agak gagal paham. Kenapa anakku harus diantar ibu ke kampus? Memang kemana mobilnya sendiri?
Belakangan kutahu ceritanya. Putri kami itu ternyata sering malas membawa mobilnya ke kampus. Repot cari parkir, katanya. Maka mobil itu hanya digunakan sekali- sekali. Dia memilih untuk jalan kaki atau naik kendaraan umum saja saat hendak kuliah. Lebih praktis.
Ibu mengamati hal itu terjadi beberapa kali, lalu menawarkan pada putriku itu untuk mengantarkannya setiap pagi ke kampusnya.
Ibuku yang menyetir.
Ya ampun !
***
" Nggak apa- apa, D, " kata ibu ketika aku setengah heran setengah geli mendengar ceritanya ( plus, di belakang ibuku agak 'kuomeli' anakku -- gimana sih, koq malah dia yang disupiri oleh neneknya, mestinya kan sebaliknya ), " Ibu senang koq. Jadi sekalian pagi- pagi antar ke kampus, setelah itu bisa ke pasar terus kalau pas perlu bayar listrik atau air atau ke bank. "
Hmmm. Baiklah.
Kuterima alasan itu. Daripada ibuku lalu merasa kesepian dan tak ada kegiatan sepeninggal Bapak, jika memang ibu menikmatinya, ya sudah biar saja.
Kuceritakan hal itu pada suamiku. Suamiku juga tertawa, lalu setelah itu bicara pada ibuku. Dia mengatakan pada ibu jika anakku memang jarang menggunakan mobilnya sementara ibu malah masih sering menyetir kesana kemari, gunakan saja mobil anakku yang otomatis itu.